Aku Di Perkosa Menjadi Kenikmatan dan Kepuasan

Sexsek puas - Malam itu udara terasa panas, sampai-sampai aku susah sekali untuk tidur. Baru setelah aku ganti pakaian dengan daster tipis dan menyalakan kipas angin, barilah aku bisa tertidur.

Dalam tidur aku sempat bermimpi, Pak Rahman, yang merupakan sopir pribadi keluarga Pak Dimas, datang menemuiku. Lucunya, Pak Rahman datang menemuiku dalam keadaan telanjang bulat.

Meskipun usianya sudah paruh baya, dan berbadan agak pendek, namun beliau masih memiliki postur tubuh yang kekar dan berotot. Khas orang desa yang suka bekerja keras.

Dan yang membuatku geli adalah “buah terong” yang menggantung indah di pangkal pahanya. Ih…, begitu menggemaskan.

Perlahan-lahan beliau mendekatiku dan langsung meremas remas buah dadaku yang telah terbuka bebas. Entah kenapa belaian Pak Rahman terasa begitu nyata, seperti bukan dalam mimpi.

Bahkan ketika bibir tebalnya mulai melumat kupingku aku sempat tersentak dan perlahan-lahan terjaga dari tidurku.

Agen Judi Online - Namun betapa terkejutnya aku saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata apa yang aku rasakan tadi bukan sekedar mimpi. Dihadapanku ternyata benar-benar ada sosok Pak Rahman yang memeluk tubuhku.”Pak Rahman…! Apa yang Bapak lakukan…?

” Aku mendorong tubuh Pak Rahman kuat-kuat sehingga dia terjengkang ke belakang. Segera aku menutupi tubuhku yang ternyata juga nyaris telanjang dengan selimut.

”Tenang, Rika! Sudah lama aku memendam nafsuku terhadapmu…!” Kembali Pak Rahman mencoba merengkuh tubuhku.

Namun kembali aku mendorong tubuhnya kuat-kuat ke belakang.”Pergi…!” bentakku.”Atau saya akan teriak!”Silahkan teriak! Percuma saja kamu teriak. Karena tidak akan ada orang yang mendengarmu.

Apa kamu lupa, Pak Dimas dan keluarga tadi sore sudah berangkat ke Bandung untuk liburan! Jadi lebih baik kamu turuti saja keinginanku!”Pak Rahman tersenyum sinis.

Aku semakin ketakutan ketika Pak Rahman kembali mendekatiku. Segera saja aku melompat dari ranjang dan mencoba berlari ke arah pintu dengan kondisi telanjang. Namun sial! Aku kalah cepat dengan Pak Rahman.

Dengan cepat, ia menyergapku dari belakang dan menghimpitkan tubuhku ke arah dinding. Kedua tangannya mencengkeram kuat lenganku ke atas tembok, sedangkan kedua kakinya mengunci kakiku sehingga aku sulit untuk bergerak. Aku mencoba untuk meronta sekuat tenaga.

Namun percuma, tenaga Pak Rahman memang jauh lebih kuat dibandingkan tenagaku yang hanya seorang wanita.

Semakin kuat aku meronta, semakin kuat cengkeraman Pak Rahman di Tubuhku.”Tolong, Pak! Lepaskan saya!” aku menangis dan mengemis kepada Pak Rahman.

Namun percuma saja. Beliau tidak mendengarkan perkataanku. Bahkan dengan liar Pak Rahman menghunjamiku dengan ciuaman mautnya. Lama kelamaan tanagaku terkuras habis. Tubuhku menjadi lemas. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya Pak Rahman.

Perlahan-lahan cengkeraman Pak Rahman mulai mengendor. Perlakuannya yang semula kasar mulai melunak dan berubah menjadi lembut. Bahkan aku mulai masuk dalam permainannya ketika dengan lembut Pak Rahman mulai menggesek-gesekkan batan kejantanannya ke atas pahaku.

Seketika itu kakiku terasa lemas dan lunglai. Aku tak kuat lagi menopang berat badanku sendiri, sehingga aku mulai terkulai.

Namun dengan sigap, Pak Rahman segera menangkap tubuhku, mengangkatnya lalu membopongku ke atas ranjang.Sesaat terlintas di wajah Pak Rahman sebuah senyum kemenangan.

Bandar Judi Online Terpercaya - Kemudian dengan lembut ia mulai melumat bibirku. Entah kenapa aku tidak kuasa untuk menolaknya. Bahkan ada dorongan kuat dari dalam diriku untuk membalas lumatannya itu. “Nah…, begitu dong Rika! Kalau begini kan lebih enak!” kata Pak Rahman senang.Aku tersenyum tersipu-sipu.

”Bapak benar, mungkin lebih baik saya menuruti bapak dari pertama tadi. Lagipula, sudah lama juga saya tidak mendapatkan sentuhan laki-laki”Kembali Pak Rahman tersenyum senang.”Trus, ngapain kamu tadi pake coba berontak, Rika?””Tadi saya cuma kaget saja.

Di balik penampilan bapak yang bersahaja, kok tega-teganya bapak mencoba memperkosa saya. Tapi…, ah sudahlah! Yang pentingkan sekarang saya sudah menjadi milik Bapak!”Kembali Pak Rahman mulai mencumbuku. Ciumannya mulai merambat melalui leherku kemudian turun ke buah dadaku.

Kumis tebalnya yang kasar menyapu kulit dadaku sehingga menimbulkan sensasi tersendiri yang semakin membuatku serasa terbang ke angkasa.

Ciuman dan jilatan Pak Rahman terus bergerak turun. Sementara tangan kirinya meremas-remas buah dadaku, tangan kanannya tengah sibuk di pangkal pahaku membuat pilinan-pilinan yang kurasa nikmat.

”Oh…, Pak Rahman! Jangan siksa aku seperti ini!” rengekku.

Pak Rahman tidak memperdulikan ucapanku. Justru ia malah menyibakkan rumput-rumput liar yang menghalangi pintu goa darbaku.”Wah…, Rika! Indah sekali memiaw kamu. Warnanya merah muda dengan baunya yang semerbak.

Oh…, sungguh mempesona. Bagaikan sekuntum mawar merah yang tengah merekah di pagi hari. Pasti kamu merawatnya dengan baik. Oh…, Rika! Aku suka sekali dengan memiaw yang seperti ini…!

”Perlahan-lahan Pak Rahman menjulurkan lidahnya dan menyapu permukaan klitorisku. Terasa kasar, memang.

Tapi nikmat!”Ayolah, Pak…! Ouhh…, aku sudah tidak tahan lagi. Aku terus mengemis kepada Pak Rahman. Namun dia terus mempermainkan emosiku.

Akhirnya aku mencari inisiatif lain.Aku mencoba menggerayangi tubuh kekar Pak Rahman sambil mencari-cari buah terong yang menggantung di pangkal pahanya.Dan tidak susah bagiku untuk menemukan buah terong sebesar itu.

Dengan lembut dan manja, aku mulai mengocok batang kont*l Pak Rahman di sertai dengan pijatan-pijatan yang membuat beliau merem melek.

Agen Judi Online Terpercaya - Perlahan aku membimbing kont*lnya menuju ke memiawku yang sudah basah. Namun dengan nakal, Pak Rahman hanya menempelkan dan menggesek-gesekkan ujung kepala kont*lnya di atas bibir vaginaku. Terasa geli, memeng. Tapi sensasi yang aku rasakan terasa begitu nikmat.

Belum pernah aku merasakan yang seperti ini.”Oh…, Pak Rahman! Ayolah….aku udah nggak tahan lagi…, cepet masukin dong!”Aku sudah tak bisa tahan diperlakukan seperti itu. Perlahan aku menaikkan pantatku ke atas untuk menyambut kejantanan Pak Rahman yang sudah ngaceng.

Kemudian aku menekan pantat Pak Rahman ke bawah supaya kont*l itu bisa masuk dengan sempurna.”Aaarrrghhh…!” aku menjerit kecil ketika batang kont*l Pak Rahman yang besar itu menembus liang vaginaku.

Awalnya terasa seret dan perih, karena ukuran k*ntol Pak Rahman memang besar dan panjang bila dibandingkan dengan milik suamiku. Namun setelah buah terong itu tertanam beberapa saat di dalam liang vaginaku, rasa perih itu perlahan berubah menjadi rasa nikmat.

Perlahan-lahan Pak Rahman mulai mengayunkan pantatnya naik dan turun.”Hooohh.., Pak! Ssstt…, enak Pak!” aku jadi ngomong tak karuan.

”A…yo, Rika!Goyangkan ju…ga pan..tatmu! Ooohhh…!”Aku menuruti kata Pak Rahman. Kucoba untuk mengikuti irama dan gerakan-gerakan nikmat yang dilakukan Pak Rahman. Gesekan-gesekan halus antara batang kont*l Pak Rahman dengan dinding vaginaku terasa begitu nikmat.

”Ohhh…, Rika! Ya…begitu…! Te…rus…goyangkan pantatmu! Uuuhh…, oohh…, yes…!”Pak Rahman tampak begitu menikmati permainan kami. Kulihat wajahnya menengadah dengan mata terpejam, seolah meresapi sedotan dari vaginaku. Sesekali dari bibirnya terdengar lenguhan dan desisan kenikmatan.Akupun juga menikmati sodokan-sodokan mantap batang k*ntol Pak Rahman.

Bahkan aku memeluk tubuh kekar Pak Rahman dengan erat. Seolah tak ingin berhenti dari permainan itu. Keringat mengalir deras melalui pori-pori tubuh kami, sehingga dada bidang Pak Rahman yang berbulu lembut tampak mengkilat karena basah oleh keringat.

Agen Judi Online Uang Asli - Aku tidak menyangka, ternyata di usianya yang mencapai setengah abad itu, Pak Rahman masih memiliki stamina yang prima. Sampai-sampai aku kewalahan menghadapi goyangan dan sodokan mautnya. Hingga akhirnya aku merasakan ada sesuatu yang berdenyut dari dalam rahimku.”Ooohh…, Pak! Saya…, mau ke..luar…!Ssshhhtt…, Arrhhhggg…!

” Aku tidak kuat lagi menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam rahimku. Namun Pak Rahman masih terus mengayunkan kont*lnya keluar masuk dan menusuk-nusuk goa darbaku. Dan beberapa saat kemudian, aku juga merasakan batang k*ntol Pak Rahman mulai berdenyut-denyut didalam vaginaku. Sampai akhirnya….

”Aaaoouuhhh…, Rika! Nikmat bangeet!”Cairan putih kental menyembur deras dari ujung tongkol Pak Rahman. Pak Rahmanpun kemudian menjatuhkan diri ke sisi tubuhku.

Nafasnya tampak terengah-engah dan terlihat kecapean.”Oh…, Pak Rahman! Bapak memang benar-benar hebat. Sudah lama saya tidak merasakan nikmat seperti ini. Terima kasih ya Pak!” Aku memeluk tubuh Kekar Pak Rahman.Kusandarkan kepalaku di dada bidang Pak Rahman sambil mengelus-elus bulu-bulu lembut yang berbaris rapi sampai ke pangkal pahanya.

Dengan lembut pula Pak Rahman membelai rambutku yang sedikit oleh keringat. Ah…, ternyata diperkosa itu tidak selamanya tidak enak. Kali ini justru aku mengharapkannya lagi.

Share: