Cerita Seks Teman Curhat yang Memuaskan dan Romantis

Cerita Sexsex Puas - Kisahku ini berawal dari kenangan bersama seoarang gadis yang bernama Liana, yang berusia 23 tahun dan berstatus sebagai seorang mahasisiwi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta.

Cerita Seks Teman Curhat yang Memuaskan dan Romantis

Agen Judi Online - Saat itu Liana yang sedang mengadakan liburan di sebuah tempat pariswisata yang terkenal dengan wisata pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa sengaja bertemu dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di cafe.

Pertemuan itu sendiri terjadi di internet cafe, yang kebetulan saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu karanganku sendiri yang sengaja aku simpan di folder mailku.

Liana saat itu sedang mencari informasi tentang tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa saat sepertinya Liana tidak menemukan apa yang dia cari. Dengan sangat sopan dan ramah Liana memulai percakapan dengan menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di kunjungi ke padaku.

“Maaf apakah anda tahu tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?” tanya Liana tiba-tiba.

Aku yang saat itu duduk berjarak 2 meja darinya terkejut oleh pertanyaan spontan itu.

“Anda bertanya kepada saya?” tanyaku kemudian.
“Iya, maaf kalau mengejutkan anda!” Ujarnya kemudian.

Dengan sedikit gugup, kemudian aku menjawab pertanyaan Liana, karena saat itu juga aku masih serius dengan file-file aku.

“Di daerah ini yang menjadi primadona wisatanya adalah pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan pemandangan bawah air yang terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata budaya yang menampilkan objek rumah adat daerah ini,” terangku kemudian.

Mungkin karena penjelasan ku cukup menarik buat Liana, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di sebelah mejaku yang tanpa dia sengaja juga dia telah memandangi monitor di depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat itu sedang aku print.

“Kamu mengarang lagu sendiri yah?” tanya Liana lagi.
“Iya, kebetulan aja aku pemain musik di cafe dan suka menulis lirik lagu,” terangku lagi.
“Boleh aku baca lirik lagu-lagu kamu?” sahut Liana kemudian.
“Silakan, dengan senang hati,” lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan kepada Liana, yang saat itu sedang berdiri di sampingku.

Setelah beberapa saat Liana membaca semua lirik lagu-lagu aku dengan serius, tak lama Liana berkata, “Kamu menulis kisah pribadi kamu menjadi lirik lagu yah?” tanya Liana lagi. Yang kemudian aku timpali dengan tersenyum kepada Liana.

“Semua lirik lagu-laguku memang dari pengalaman pribadi, karena aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa aku rekam dalam bentuk sebuah seni dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagiku nantinya,” jelasku lebih jauh.
“Oh iya, kita sudah lama ngobrol nih tapi belum mengenal nama masing-masing diantara kita” sahut Liana spontan. Liana mengawalinya dengan menyodorkan tangannya..
“Liana..” ujarnya pendek. Yang kemudian giliran aku utuk melakukan hal yang sama.
“Ediya,” sahutku juga.

Dari perkenalan yang singkat itu, kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih.

Waktu menunjukan pukul 08.00 WITA, sesuai janjiku dengan Liana. Aku sudah berdiri di depan kamarnya dan kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam.

“Pagi Edi.. Tunggu bentar yah, aku sudah siap kok,” Dalam hitungan menit Liana sudah keluar dari kamarnya.
“Ayo kita berangkat!” katanya kemudian.

Dengan berjalan menyusuri pantai kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam. Sebelum naik ke atas perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk kita berdua berupa dua pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju pulau kecil yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan sekitar kita saat itu. Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan, namun cukup jelas karena cuaca begitu bagus pagi itu.

Sesampainya di tujuan aku dan Liana turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor tadi, dan hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak lama setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Liana membuka kaos nya dan terpampanglah suatau pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat.

Saat itu Liana mengenakan bikini warna biru tua yang kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Mataku tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan berukuran 36b. Kemudian pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus di topang oleh sepasang kaki jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Liana semakin sempurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya aku bisa memeluk tubuh yang sexy itu betapa beruntungnya diriku.

“Hai.. Kenapa melamun?” tegurnya mengejutkanku.
“Aku sudah siap nih” sahut Liana melanjutkan.
“Baiklah kalau begitu” ujarku menimpali tegurannya.

Ini adalah pengalaman pertama bagi Liana untuk snorkeling, dan sebelumnya Liana minta di ajarin sampai bisa. Hal yang paling sulit adalah saat bernafas melalui mulut, karena seluruh wajah tertutup oleh masker, kecuali bagian mulut.

Dengan penuh kesabaran aku mengajari cara-cara snorkeling yang umum dilakukan. Pertama aku membantunya memasang masker yang mana saat itu aku berdiri begitu dekat dengan nya, aroma khas tubuh Liana tercium sesaat, ketika aku membetulkan anak rambut yang menutupi raut wajahnya.

Bandar Judi Online Terpercaya - Kemudian Liana memasang fin sendiri, tanpa aku bantu. Tak lama berselang tubuh kita berdua sudah masuk ke dalam air. Perlahan aku berenang beriringan dengan Liana menuju ke tengah, yang aku perhatikan gaya berenang Liana sangat bagus. Setelah pengenalan di air cukup, akhirnya aku berenang agak menjauh, untuk memberikan kepercayan buat Liana melakukan snorkelingnya.

Dari dalam air, beberapa kali aku sempat memandangi bentuk tubuh Liana yang aduhai dari arah belakang saat dia berenang, mulai dari belahan pantatnya yang ranum sampai ke tonjolan di dadanya yang menantang.

Kembali aku berenang beriringan dengan Liana untuk meyakinkan kalau dia baik-baik aja. Saat sedang asyiknya kita berenang, tiba-tiba kaki Liana kram. Dengan tindakan spontan aku memeluknya, agar tidak tenggelam dan membawanya ke sebuah batu karang besar yang menonjol di tengah laut. Kita berdiri di atas batu karang yang, masih menyisakan bagian leher kita yang tidak tenggelam.

“Thanks ya Edi.. Atas bantuannya,” Ujar Liana sesaat setelah kejadian itu.
“Sama-sama,” timpalku kemudian.

Setelah acara snorkeling yang melelahkan, kita bersepakat untuk istirahat di bawah pohon cemara yang ada di tepian pantai. Sambil ngobrol tentang pribadi kita masing-masing, Liana meluruskan kakinya yang jenjang di hamparan pasir putih. Liana bercerita tentang kisah asmaranya dengan mantan pacarnya yang berakhir, karena cowoknya yang super sibuk sudah jarang lagi memperhatikannya.

Aku berusaha menghiburnya dengan mengatakan, kalau seandainya kaLianan tulus saling mengasihi hal itu tidak akan terjadi dan yang lebih terpenting adalah kedewasaan pasangan itu sendiri dalam menentukan sikap. Sepertinya Liana sangat senang dengan pendapatku yang demikian, hal itu terlihat dari sikapnya yang terpancar lewat senyumnya yang mengembang.

“Makasih ya Edi.. Kamu sudah mau menjadi teman curhatku,” sahut Liana kemudian.
Aku hanya tersenyum sambil mengatakan, “Saat ini aku sudah bisa membuat kamu tersenyum, mungkin saat lain kamu yang akan membuatku tersenyum.” timpalku pelan.

Tak terasa kedekatan ini membuat tubuh kita semakin dekat, aku mendahuluinya dengan merengkuh tubuhnya untuk merapat ke pelukanku. Liana hanya diam sambil tersipu malu.

“Betapa bahagianya seorang cowok jika mendapatkan dirimu Liana,” lanjutku lagi.
“Kamu begitu baik, sabar, cantik dan memiliki tubuh yang sexy lagi,” tambahku kemudian

Yang di jawab dengan senyumannya yang mempesona. Dengan sedikit keberanian aku mendekatkan bibirku ke bibir Liana yang terbuka basah yang kedua matanya juga sudah terpejam. Sangat beruntung sekali suasana pantai siang itu sepi dan yang lebih menguntungkan lagi, karena memang lokasi kita duduk jauh berada di ujung. Dengan lembut aku mengulum bibir Liana yang ranum, dan terdengar desahan halus darinya.

“Ohh.. Edi,” desahnya. Sembari membisikan kata-kata mesra aku melanjutkan ciumanku.
“Aku sayang kamu Liana,” bisikku pelan.

Tanganku juga tak tingal diam, dengan perlahan aku mengelus punggung Liana yang hanya di lapisi bikini tanpa bra di dalamnya. Sesaat tindakan ini membuat Liana semakin terangsang yang diiringi dengan sikap memelukku erat.

“Oh.. Edi teruskan,” desahnya lagi.

Tanpa menghentikan tindakanku, tanganku yang satunya meremas payudara yang berukuran 36b itu dari luar bikini yang disambut dengan desahan berikutnya.

“Ohh..” desah Liana kembali.

Perlahan aku mulai membuka bikini Liana dari bagian atasnya dan berhenti sesaat sampai di pinggangnya, maka tersembulah payudara Liana yang ranum menggairahkan dengan di hiasi ujung nya yang merah dan mulai keras.

Sepertinya Liana mulai terangsang sekali. Tanpa menunggu lama lidahku langsung mengecup permukaan payudar Liana dengan lembut dan pelan. Lidahku menelusuri setiap bagian payudaranya dengan lincah.
Putingya aku hisap dengan lembut, sesaat setelah Liana bergetar pelan. Beralaskan kain pantai warna biru, aku merebahkan tubuh Liana yang sexy pelan.

Agen Judi Online Terbaik - Aku melanjutkan kegiatanku dengan memegang telapak kaki Liana kemudian, sesaat setelah Liana menelentang dan mencumbui setiap jengkal kakinya. Di mulai dengan menjilati tepalak kakinya yang mulus dan jari-jari kakinya yang lentik. Lidahku juga menghisap ujung jari-jari kakinya, yang membuat Liana semakin menggelinjang lembut.

“Oh.. Edi.. Kamu pintar menaikkan gairahku,” desahnya pelan.

Berikutnya lidahku berpindah untuk memberikan kepuasan lagi ke bagian tubuh Liana yang lain. Kali ini adalah bagian lehernya yang aku mulai dengan mencumbu bagian belakang telinganya. Kembali Liana mendesah pelan..

“Ohh.. Teruskan Edi,” desahnya.

Setelah cukup lama tangan Liana berdiam diri, akhirnya tergerak juga untuk mengambil bagian di kesempatan ini. Tonjolan di celana renangku sudah begitu keras, setelah tangan Liana masuk membelai penisku dengan lembut.

“Oh.. Liana.. Sss..” desahku kemudian.

Kemudian aku lanjutkan untuk membuka sisa dari bikini Liana yang di pinggang dengan menariknya kebawah sampai ke pangkal kaki. Dengan lembut aku menjulurkan lidahku ke bagian perut Liana yang ternyata dia sedikit kegeLianan.

“Hek.. Geli Edi,” ujarnya.

Seketika aku menghentikan menjilati bagian perutnya, yang aku lanjutkan dengan menjlati pahanya bagian dalam yang berakhir di pangkalnya yang berbulu hitam dan sangat lebat, tapi tertata rapi dan beraroma khas.

Tak lama berselang aku menjulurkan lidahku ke bibir luar vagina Liana dengan lembut. Hal ini menimbulkan sensasi tersendiri buat Liana.

“Ohh.. Edi.. Sss..” desahnya bergetar.

Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan ujung lidahku di clitorisnya yang sudah menonjol dikit. Tubuh Liana semakin bergetar setelah menerima perlakuan lidahku.

“Ohh.. Enak.. Sayang..” desahnya pelan. Lendir di lubang vagina Liana semakin deras keluar, menandakan kalau Liana begitu terangsang hebat.
“Ohh.. Edi.. Masukin sekarang.. Sayang..” pintanya mesra.

Sambil merangkak aku kembali menciumi bibir Liana yang terbuka, karena menahan rangsangan yang hebat. Dengan lembut aku memegang penisku dan mengarahkan nya ke lubang vagina Liana pelan. Tanpa kesulitan aku melesakan penisku ke dalam lubang vagina Liana, karena lendir Liana cukup memudahkan bagi penisku untuk menyeruak ke bagian dalam vaginanya.

“Ohh.. Tekan lebih dalam.. Edi..” pintanya kemudian. Yang diiringi dengan bibirnya mendesis lirih.
“Ssshh..” desis Liana. Perlahan dan lembut aku memaju mundurkan pinggulku untuk menusukkan penisku lebih dalam lagi.

Sret.. Sret.., irama penisku beradu dengan vagina Liana. Setelah cukup lama bersentuhan, terasa tubuh Liana bergetar dan mendesirlah cairan di dalam vagina Liana dengan hangat, menyirami kepala penisku. Liana mencapai orgasmenya di barengi dengan jeritan nya yang menggairahkan.

“Edi.. Aku sampai.. Ohh..” teriaknya lembut.

Agen Judi Online Uang Asli - Kemudian aku mengecup bibir Liana dengan lembut, dan kembali memaju mundurkan penisku. Dalam beberapa saat aku merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak, seketika aku mempercepat kocokan ku ke dalam vagina Liana. Sret.. Sret.. Sret, bunyi penisku beradu dengan vagina Liana. Bergetar tubuhku saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Liana dengan deras, sambil memeluk erat tubuh Liana yang sexy.

“Ohh.. Sayang.. Enak.. Sekali..” jeritku sesaat setelah spermaku membasahi seluruh bagian dalam vagina Liana. Setelah itu aku kembali mengecup bibir Liana dengan lembut dan membisikkan kata-kata..
“Makasih yah sayang.. Kamu sudah membahagiakan aku,” bisikku lembut.

Begitulah seterusnya kisah cinta antara aku dan Liana yang berujung hubungan lebih serius sepulang nya Liana Ke Jakarta.
Share:

Cerita Sexs Aku masih butuh kemaluan laki-laki!

Cerita Sexsex Puas - Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 10 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini.

Cerita Sexs Aku masih butuh kemaluan laki-laki!

Agen Judi Online - Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel. Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Disinilah cerita ewe ini dimulai.

Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Toni anak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang.

Siangnya giliran Agus yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.

Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki!

Bandar Judi Online Terpercaya - Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Agus sudah pergi, dan tinggal Toni yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun.

Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup. Aku pun segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku.

Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Toni, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.

Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Toni tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku.

Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Toni. Anak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya.

Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu.

“Bercintalah dengan Mama, Toni!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Toni yang sudah tegang.

Bandar Judi Online Terbeik - Toni tersenyum, “Mama tahu, sejak Toni berumur 17 Toni sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Toni bercinta dengan Mama…”

Aku terperangah mendengar omongannya.

“Dan sering kalo Mama tidur, Toni telanjangin bagian bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.”

Aku tak percaya mendengar perkataan anak sulungku ini.

“Dan kini dengan senang hati Toni akan entot Mama sampai Mama puas!”.

Toni langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Toni melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku.

Kedua puting susuku yang waktu kecil pernah Toni hisap, kembali dihisap anak sulungku itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Toni.

Ciuman Toni berlanjut ke perut, dan anakku itu pun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Toni lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.

Toni tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang tempat di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut.

Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Toni tak peduli, anak sulungku itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi.

Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Toni tersenyum lagi. Anakku itu kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang telah tegang. Toni bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Mama kulum burungmu itu sebentar.”

Agen Judi Online Terbaik - Toni menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis anakku itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara anakku membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.

“Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Anakku itu mengangguk. Penisnya segera dibimbing anakku menuju lubang kemaluan tempat Toni lahir. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Toni untuk masuk ke dalam dengan mulus.

“Ahh.. Ton!” aku mendesah saat penis Toni amblas dalam kemaluanku. Toni lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya.

Apalagi Toni seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Toni, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali.

Tapi anak sulungku itu belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Toni mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan.

Agen Judi Online Uang Asli - Dan saat Toni memeluk dengan erat, saat itu pula air mani anak sulungku itu membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya. Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Toni dengan cairanku sendiri. Toni masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut.

Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Agus pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar.

Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.
Share:

Cerita Seks Kemaluanku Masih Belum Lemas, Karena Memang Belum Keluar

Cerita Seks Kemaluanku Masih Belum Lemas, Karena Memang Belum Keluar

Cerita Sexsex Puas - Inilah pengalamanku hidup ditengah-tengah penduduk tersebut, tentu saja pengalamanku di bidang seks.Aku kebetulan menginap di rumah Sekdes, yang ternyata seorang ibu muda berumur aku taksir kurang dari 40 tahun. Langsing, kulitnya mulus dan rupawan. Memang lain dibandingkan dengan penduduk kebanyakan di sekitarnya. Dan yang menjadikan aku sangat bernafsu adalah karena statusnya yang janda beranak satu.Di suatu sore, menjelang malam, ketika baru datang dari kampus untuk konsultasi skripsi, kudapati rumah Mbak Yanti (begitulah panggilan Sekretaris Desa yang rumahnya kutempati itu) tampaknya sepi. Badanku basah kuyup, karena kehujanan sepanjang perjalanan kaki dari jalan raya. Aku dorong pintunya dan ternyata tidak terkunci. Aku segera menuju ke kamarku, kulepas semua pakaianku dan kukeringkan dengan handuk. Tiba-tiba ada suatu langkah mendekati kamarku, kuintip dari balik korden, Mbak Yanti mendekat ke kamarku. “Ini kesempatan,” pikirku.

Agen Judi Online - Aku terus mengeringkan kepalaku dengan handuk sehingga mataku tertutup dan pura-pura tidak tahu kalau Mbak Yanti mendatangi kamarku. Tanpa kusengaja kemaluanku jadi bertambah besar. Tergantung kesana-kemari ketika tubuhku tergoncang karena gosokan yang keras di kepalaku.Benar saja Mbak Yanti menyingkapkan korden, namun aku pura-pura tidak melihatnya, walaupun dari pori-pori handuk aku melihat Mbak Yanti dengan raut wajahnya agak terkejut, tetapi dia diam saja. Bahkan sepertinya dengan seksama memperhatikan alat vitalku yang makin lama makin besar oleh tatapan Mbak Yanti. Aku pura-pura terkejut ketika kulepas handukku dari kepalaku.

“Oh, Mbak Yanti, kirain siapa,” Aku sengaja membiarkan kemaluanku tidak kututupi, ada perasaan bangga mempertontonkan kemaluanku disaat sedang gagah-gagahnya.“Dik Windu, datang kok nggak bilang-bilang,” bicaranya cukup tenang, seakan-akan tidak melihatku aneh. “Iya Mbak, baru datang terus kehujanan.” “Aduh, nanti masuk angin, aku ambilkan minyak angin ya.” “Nggak usah Mbak, takut panas.” “Lha iya biar anget gitu lho.”

“Maksud saya, takut panas kalau kena ini, lho Mbak.” “Ah Dik Windu bisa aja, mikiran apa sih kok ngacung-ngacung kayak gitu,” kali ini Mbak Yanti mau melihat terpedoku, aku bahagia sekali. “Ih, gede banget sih Dik.” “Pernah aku ukur 17 cm kok Mbak,” Aku berjalan mendekatinya. “Dik Windu bisa aja, pake diukur-ukur segala,” kupegang pundaknya, dan dia diam saja. “Kok sepi Mbak, kemana anak-anak lain.” “Anu.. khan, lagi bertemu Bapak Bupati,” tampaknya ia agak gugup dan seperti mau melangkah ke belakang. Tetapi kutahan dia, bahkan ketika kucium pipinya ia diam saja. Kulanjutkan dengan bibirnya, ia juga diam saja. Bahkan memberikan sambutan yang hangat.

Kini Mbak Yanti yang aktif menciumi tubuhku dengan gemasnya, aku diam saja, dan kulucuti pakaiannya. Ketika kubuka BH-nya, aku tertegun, payudaranya masih kencang dan mulus, ukurannya sedang. Perutnya ramping, cembung di bawah, sedikit di atas jembutnya. Mbak Yanti terus menyerangku dengan kecupan-kecupan yang membuatku kelabakan dan jatuh ke tempat tidur karena terdorong oleh kuatnya desakan Mbak Yanti yang sudah telanjang bulat itu. Aku hanya bisa memegang payudaranya sambil memijat, mengelus dan memelintir putingnya.Mbak Yanti terus mengecup setiap inci dari tubuhku, dadaku, lenganku, perutku dan pahaku. Kejantananku yang sudah sangat keras dipegangnya terus seakan sudah menjadi hak miliknya saja.

Dikecupnya ujung kemaluanku, aku mengelinjang kegelian. Namun Mbak Yanti tidak meneruskan. Sambil tersenyum manis ia berkata, setengah berbisik, “Nanti saja..” Sambil memeluk dan menciumku dengan hangat dan membalikkan posisinya sehingga aku berada di atasnya. Kini posisiku lebih leluasa, aku bisa pandangi kemolekan tubuh Mbak Yanti, setiap senti dari permukaan tubuh itu kuciumi dengan penuh nafsu. Nafas Mbak Yanti makin memburu, lama kutempelkan pipiku pada perutnya. Perasaan senang luar biasa menyelimutiku. Sambil tanganku terus meremas-remas payudaranya. Kuturunkan kepalaku ke bawah, kuciumi paha sebelah dalam Mbak Yanti, hingga sampailah ke jaringan lunak yang berada di tengah selangkangannya. Kujilati benda itu, hingga Mbak Yanti menjerit kecil sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, seakan-akan menginginkan aku menjilatinya. Liang kewanitaan Mbak Yanti sudah sangat basah, aku terus menjilati daging kecil yang ada di bagian atas kemaluannya, yang menurutnya bernama “itil” ya mungkin bahasa kerennya ya “klitoris” itu.Setelah jenuh aku menjilati liang kewanitaannya, aku bersiap-siap mengarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, Dengan cekatan ia bimbing batang kejantananku hingga di depan gerbang kewanitaannya. Dengan sekali sentak masuklah kepala burungku.

Tampak masih lumayan seret, sehingga tidak semuanya langsung bisa menghujam ke dalam liang kewanitaannya. Setelah beberapa kali maju mundur barulah semuanya tenggelam hingga kurasakan ujung kemaluanku menyentuh dinding kewanitaannya yang paling dalam. Mbak Yanti melenguh, menjerit dan makin memelukku dengan kuat. “Terus Dik.. terus Dik.. Tahan Dik, aku.. mau.. keluar, Ohh..” Dia memelukku dengan kuat sambil meluruskan kakinya, hingga batang kejantananku terasa terjepit. Dengan nikmatnya. Hingga akupun tidak tahan lagi membendung air maniku bertahan. Aku segera mencabut kejantananku dan kukocok-kocok hingga muncratlah air maniku di atas perutnya.Beberapa detik kemudian heninglah suasana di kamar itu.

Bandar Judi Online Terpercaya - Tampaknya hari sudah mulai malam, hujan terus turun dengan derasnya. Namun nafas Mbak Yanti yang memburu dan tubuhnya terbaring dengan lunglai. Aku terlentang di sampingnya. Dia segera tertidur dengan kepala di atas perutku, menghadap ke kemaluanku. Akupun tampaknya terlena juga. Pada waktu Mbak Yanti membangunkanku, untuk makan malam. Aku memakai piyamaku dan menuju ke ruang makan, Mbak Yanti mengenakan daster yang tipis. Ketika kurogoh dari bawah dasternya, ternyata ia tidak memakai celana dalam. Mbak Yanti mengelak dengan genit meskipun sempat tersentuh juga.Dalam percakapan selama makan malam, baru kutahu bahwa dia mempunyai anak perempuan yang sedang sekolah di Sekolah Pekerja Sosial di Semarang. Setiap minggu ia pulang ke rumah. Rini, anak Mbak Yanti, memang manis dan supel. Pada suatu hari minggu ia memang datang dan aku sempat ngobrol dengan Rini. Waktu itu ibunya sedang ada tugas mendampingi Pak Kades menerima kunjungan anggota DPRD. Saking akrabnya aku ngobrol dengan Rini, hingga tidak canggung-canggung lagi ia masuk keluar kamarku maupun sebaliknya. Bahkan ketika Rini memintaku untuk membuat salah satu tugas teks pidato, aku tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamarnya.

Secara tidak sengaja aku menemukan amplop kecil di atas meja belajarnya. Ketika kubuka ternyata gambarnya adalah gambar porno kategori XX. Rini cuek saja ketika kuamati gambar-gambar tersebut. Tidak terasa bagian bawahku mulai berontak.Tiba-tiba Rini membungkukkan badan di depanku, sambil ikut melihat gambar-gambar porno tersebut. “Rini, nggak pakai BH lho..” Aku kaget bukan kepalang, mendengar suara manja itu, dan kulihat wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku. Dan yang lebih dahsyat lagi adalah, dengan posisi menduduk itu maka payudaranya yang bebas tidak terbungkus BH itu tergantung indah.Aku segera meraihnya, sambil kucium bibirnya. Sebagai tindakan naluri dan refleks priaku saja. Rini membalasnya dengan tidak mau kalah lahapnya. Kubuka T-shirtnya, dan kuciumi putingnya yang kecil tetapi panjang, seperti puting ibunya. Dan kulepas semua pakaiannya, terakhir adalah celana dalamnya. Kuraih kemaluannya, jembutnya masih jarang, sehingga belahan liang kewanitaannya yang berwarna merah jambu dapat terlihat dengan jelas.

Agen Judi Online Terbaik - Ia susupkan tangannya ke dalam celana pendekku. Begitu menemukan batang pelerku yang sudah sangat tegang ia lemas dan menarikku ke tempat tidurnya.Aku melepaskan pakaianku, hingga telanjang bulat. Aku baringkan di tempat tidurku, dengan posisi telentang, memberikan kesempatan bagi Rini untuk menikmati bagian tubuhku yang sangat kubanggakan itu. Benar saja, ia dengan sigap meraih kemaluanku dan mengulumnya, meskipun masih sangat tidak profesional, tetapi kuhargai juga keberaniannya. Barangkali ia hanya ingin mempraktekkan apa yang pernah ia lihat pada foto porno. “Jangan kena kena gigi,” seruku ketika giginya menggesek ujung kemaluanku, yang membuatku nyengir. “Eh sorry, Mas..” Lalu ia jilati seluruh permukaan batang kejantananku, hingga kedua pelerku tidak luput dari serangan ini. Aku hanya meringis menikmatinya.

Setelah tidak ada lagi variasi darinya memperlakukan kemaluanku, kubimbing dia untuk terlentang. Ia menurut ketika kubuka pelan-pelan pahanya, kini dengan jelas liang kewanitaan yang manis bentuknya itu. Ketika kusibakkan, kulihat warna merah menantang, sedangkan lendirnya sudah banyak mengalir ke sprei batiknya. Posisiku sudah siap untuk menyetubuhinya. Batang kemaluanku sudah tepat di depan mulut liang kewanitaannya.“Nan, masih perawan nggak, aku masukin ya?” pintaku. Rini tidak menjawab namun dengan kuat ia menarik bokongku, hingga amblaslah batang kejantananku memasuki wilayah terlarangnya. Memang baru separuh, sempit sekali, aku hampir tidak tega ketika Rini meringis sambil memejamkan matanya. “Kenapa Nan, Mas cabut ya..” “Jangan,” bisik Rini sambil menjepit punggungku dengan kedua kakinya. Kugerakkan maju mundur pelan-pelan, karena sempitnya liang kewanitaannya. Membuat Rini mengeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekanan hingga sebuah jeritan panjang. Namun segera kuciumi mulutnya agar jeritan itu tidak terdengar tetangga.Orgasme Rini lama sekali, seperti orang kesurupan, kepalanya kupegangi kuat-kuat agar mulutnya tidak lepas dari ciumanku. Sehingga suara jeritan itu tertelan sendiri.

Badannya kejang, pelukannya kencang sekali. Akhirnya tumpahlah kenikmatan Rini. Aku sangat gembira bisa memuaskannya. Biarpun maniku belum keluar, aku puas sekali. Rini tertidur, aku segera berpakaian, dan dengan berjingkat ke arah kamarku dekat kamar Mbak Yanti. Di depan kamar Mbak Yanti kudengar suara, saat kusingkap dan aku terkejut ternyatan ada Mbak Yanti. Aku ketakutan dan hampir tidak bisa bicara. Dengan suara seadanya aku mendesis, “Oh, Mbak kok sudah pulang.”

Agen Judi Online Uang Asli - Tidak kusangka Mbak Yanti tersenyum manis, mendekatiku dan mencium bibirku. “Jangan buat anakku hamil, ya.” “Jadi, Mbak tahu kalau akau habis begituan sama Rini?” “He eh, anak sekarang memang lain dengan jaman saya dulu, baru kenal sudah tidur bareng.” Aku hampir tidak percaya ini, kemaluanku masih belum lemas, karena memang belum keluar. Mbak Yanti tahu itu. Ia lepaskan celanaku dan segera dihisap-hisapnya kejantananku dengan lihainya hingga keluarlah maniku ke dalam mulutnya. Mbak Yanti tersedak, dan segera menuju dapur meminum air kendi. Aku hanya bengong saja. Lama tidak bergerak dari tempatku berdiri. Kemaluanku tergantung dengan santainya.
Share:

Cerita Seks Menentuku Memberikan Kepuasan yang Panas

Cerita Sexsex Puas - Berdiri di depan pintu rumahku, menantu permpuanku, Riana, mendekatkan kepalanya ke arahku dan berbisik,
“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.” Dia memberiku sebuah kecupan ringan di pipi, dan berbalik lalu
berjalan menyusul suami dan anaknya yang sudah lebih dulu menuju ke mobil. Yoyok menempatkan bayinya
pada dudukan bayi itu, dan seperti biasanya, dia terlalu jauh untuk mendengar apa yang dibisikkan
istrinya tercintanya terhadap Ayah kandungnya.

Cerita Seks Menentuku Memberikan Kepuasan yang Panas

Agen Judi Online - Riana melenggang di jalan kecil depan rumah dengan riangnya bagai seorang gadis remaja yang menggoda.
Yoyok tak mengetahui ini juga, ini semua dilakukan istrinya hanya untukku…

Mungkin kalian semua mengira aku terlalu mengada-ada soal ini, tapi kenyataannya apa yang Riana lakukan
ini tidak hanya sekali ini saja. Dan sejak aku tak terlalu terkejut lagi, aku merasa ada sesuatu yang
hilang jika dia tidak melakukannya saat berkunjung ke rumahku.Aku merasa ada getaran pada penisku, dan
sebagai seorang laki-lakii biasa yang masih normal, pikiran ‘andaikan… yang wajar menurutku selalu hadir
di benakku.
Riana adalah seorang wanita yang bertubuh mungil, tapi meskipun begitu ukuran tubuhnya tersebut tak
mampu menutupi daya tarik seksualnya. Sosoknya terlihat tepat dalam ukurannya sendiri. Dia mempunyai
rambut hitam pekat yang dipotong sebahu, dia sering mengikatnya dengan bandana. Dia memiliki energi dan
keuletan yang sepengetahuanku tak dimiliki orang lain. Sebuah keindahan nan elok kalau ingin
mendiskripsikannya. Dia selalu sibuk, selalu terlihat seakan dikejar waktu tapi tetap selalu terlihat
manis. Dia masuk dalam kehidupan keluarga kami sejak dua tahun lalu, tapi dengan cepat sudah terlihat
sebagai anggota keluarga kami sekian lamanya.

Yoyok bertemu dengan Riana saat masih kuliah di tahun pertama. Riana baru saja lulus SMU, mendaftar di
kampus yang sama dan ikut kegiatan orientasi mahasiswa baru. Kebetulan Yoyok yang bertugas sebagai
pengawas dalam kelompoknya Riana. Seperti yang sering mereka bilang, cinta pada pandangan pertama.

Mereka menikah di usia yang terbilang sangat muda, Yoyok 23 tahun dan Riana 19 tahun. Setahun kemudian
bayi pertama mereka lahir. Aku ingat waktu itu kebahagian terasa sangat menyelimuti keluarga kami.
Suasana saat itu semakin membuat kami dekat. Riana mempunyai selera humor yang sangat bagus, selalu
tersenyum riang, dan juga menyukai bola. Dia sering terlihat bercanda dengan Yoyok, mereka benar-benar
pasangan serasi. Dia selalu memberi semangat pada Yoyok yang memang memerlukan hal itu.

Yoyok dan Riana sering berkunjung kemari, membawa serta bayi meraka. Mereka telah mengontrak rumah
sendiri, meskipun tak terlalu besar. Aku pikir mereka merasa kalau aku membutuhkan seorang teman, karena
aku seorang lelaki tua yang akan merasa kesepian jika mereka tak sering berkunjung. Disamping itu, aku
memang sendirian di rumah tuaku yang besar, dan aku yakin mereka suka bila berada disini, dibandingkan
rumah kontrakannya yang sempit.

Ibunya Yoyok telah meninggal karena kanker sebelum Riana masuk dalam kehidupan kami. Sebenarnya, tanpa
mereka, aku benar-benar akan jadi orang tua yang kesepian. Aku masih sangat merindukan isteriku, dan
bila aku terlalu meratapi itu, aku pikir, kesepian itu akan memakanku. Tapi pekerjaanku di perkebunan
serta kunjungan mereka, telah menyibukkanku. Terlalu sibuk untuk sekedar patah hati, dan terlalu sibuk
untuk mencari wanita untuk mengisi sisa hidupku lagi. Aku tak terlalu memusingkan kerinduanku pada sosok
wanita. Tak terlalu.

Bayi mereka lahir, dan menjadi penerus keturunan keluarga kami. Kami sangat menyayanginya. Dan kehidupan
terus berjalan, Yoyok melanjutkan pendidikannya untuk gelar MBA, dan Riana bekerja sebagai Teller di
sebuah Bank swasta.

Kunjungan mereka padaku tak berubah sedikitpun, cuma bedanya sekarang mereka sering membawa beberapa
bingkisan juga. Tentu saja, diasamping itu juga perlengkapan bayi, beberapa popok, mainan dan makanan
bayi.

Beberapa bulan lalu Riana dan bayi mereka datang saat Yoyok masih di kelasnya. Dia duduk disana
menggendong bayinya di lengannya. Dia sedang berusaha untuk menidurkan bayinya. Aku tak tahu caranya,
tapi pemandangan itu entah bagaimana telah menggelitik kehidupan seksualku.

“Ngomong-omong… kapan Ayah akan segera menikah lagi?” dia bertanya dengan getaran pada suaranya.

“Aku tak tahu. Aku kelihatannya belum terlalu membutuhkan kehadiran seorang wanita
dalam hidupku.

Lagipula, aku telah memiliki kalian yang menemaniku.”

“Aku tidak bicara tentang teman. Aku sedang bicara soal seks.” matanya mengedip kearahku saat dia
bicara.
“Apa?”“Ayah tahu, seks.” dia hampir saja tertawa sekarang.
“Ketika seorang lelaki dan wanita sudah telanjang dan memainkan bagiannya masin-masing?”
“Ya, aku tahu seks,” aku membela diri.
“Lagipula kamu pikir darimana suamimu berasal?”
“Yah, aku hanya khawatir kalau Ayah sudah melupakannya. Maksudku, apa Ayah tak merindukan hal itu?”
“Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku sudah terlalu tua untuk hal seperti itu.”
“Hei! Lelaki tak pernah bosan dengan hal itu. Setidaknya begitulah dengan putramu.”
“Anakku jauh lebih muda dariku, dan dia mempunyai seorang istri yang cantik.”
“Terima kasih, tapi aku masih tetap menganggap Ayah membutuhkannya,” dia menekankan suaranya pada kata
‘Ayah’.
“Terima kasih sudah ngobrol,” kataku, masih terdengar sengit.Cerita Sex Pembantu

Bandar Judi Online Terpercaya - Ada sedikit jeda pada perbincangan itu, saat dia masih menekan kehidupan seksualku. Aku pikir bukanlah
urusannya untuk mencampuri hal itu meskipun kadang aku membayangkannya juga.

Dia pandang bayinya, yang akhirnya tertidur, dan memberinya sebuah senyuman rahasia, sepertinya mereka
berdua akan berbagi sebuah rahasia besar.
Masih memandangnya, tapi dia berbicara padaku, “Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”

“Apa!!!?”
“Aku serius.” Riana menatapku.
“Kalau Ayah menginginkan aku… Ayah adalah seorang lelaki yang tampan. Ayah membutuhkan seks. Disamping
itu, aku bersedia, kan?”

Aku pikir dia sedang bercanda. Tapi wanita yang menggoda ini tidak sedang main-main. Tapi tetap saja tak
mungkin aku melakukannya dengan istri dari anak kandungku sendiri.

“Terima kasih atas tawarannya, tapi kupikir aku akan menolak tawaranmu.” suaraku terdengar penuh dengan
keraguan saat mengucapkannya.

Riana mencibirkan bibir bawahnya, aku tak bisa menduga apa yang sedang dirasakannya. Dia tetap terlihat
menawan, dan aku merasa Yoyok sangat beruntung.Dia bicara dengan pelan.

“Dengar, Yoyok tak akan tahu. Maksudku, aku tak akan mengatakannya kalau Ayah juga menjaga rahasia. Dan
bukan berarti aku menawarkan diriku pada setiap lelaki yang kutemui. Aku bukan wanita seperti itu dan
aku bisa mengatur agar sering berkunjung kemari. Dan aku tahu Ayah menganggapku cukup menarik kan, sebab
aku sering melihat Ayah memandangi pantatku.”

Aku tak mungkin menyangkalnya. Riana mungkin tak terlalu tinggi, tapi dia memiliki bongkahan pantat yang
indah diatas kedua kakinya.

“Ya, kamu memang memiliki pantat yang indah. Tapi itu bukan berarti kalau aku ingin berselingkuh dengan
menantuku sendiri.”

Dia berhenti sejenak, tapi Riana kelihatannya tak akan menyerah begitu saja.

“Yah, tapi jangan lupa.
“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”

Dan itulah awal dari semua ini.

Seiring minggu yang berlalu, entah di sengaja atau tidak, dia seakan selalu berusaha untuk menggodaku,
membuat puting sususnya menyentuh dadaku saat dia menyerahkan bayinya padaku untuk ku gendong. Atau dia
masukkan jarinya di mulutnya saat Yoyok tak melihat, dan menghisapnya dengan pandangan penuh kenikmatan
ke arahku. Suatu waktu dia duduk di lantai dengan kaki menyilang dan sedang bermain dengan bayinya, dia
memandangku tepat di mata, tersenyum, dan menyentuh pangkal paha di balik celana jeansnya. Aku tak akan
melupakan hal itu.

Dan dia entah bagaimana selalu menemukan cara untuk berduaan denganku walaupun sesaat, dan dia memberiku
ciuman singkat yang penuh gairah, tepat di bibir. Itu semua dilakukannya berulang-ulang.

“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia berbisik di belakang Yoyok saat suaminya itu sedang memasukkan
DVD pada player.
“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia berbisik saat mendekat untuk menyodorkan minuman padaku.
“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia membisikkannya setiap kali dia berpamitan.

Dan sekarang, aku bukanlah terbuat dari batu, dan aku tak akan bilang tingkah lakunya itu tidak
memberikan pengaruh terhadapku. Riana sangat manis dan mungil, dan meskipun setelah melahirkan bayi
pertamanya tak membuat tubuhnya berubah seperti kebanyakan wanita. Dia tetap langsing, dan manis, dan
dia menawarkan dirinya untuk kumiliki. Tapi aku tak akan memulai langkah pertama untuk tidur dengan
menantuku sendiri, tak perduli semudah apapun itu.
Setidaknya itulah yang tetap kukatakan pada diriku sendiri.

Beberapa minggu yang lalu kami semua berkumpul di rumahku untuk melihat pertandingan bola. Aku mengambil
beberapa kaleng minuman dan sedang berada di dapur untuk menyiapkan beberapa makanan ringan saat Riana
muncul dari balik pintu itu.

“Hai!” sapanya, membuka pintu dan masuk ke dapur.
“Ayah sudah siap untuk pertandingan nanti?”
“Hampir. Aku sedang membuat makanan untuk keluarga kecil kita, dan aku punya beberapa wortel untuk
cucuku. Aku pikir dia akan suka dan warnanya sama dengan kesebelasan yang akan bertanding nanti, kan?”

Riana tertawa dan berkata. “Aku rasa dia tak akan perduli. Disamping itu bukankah ada hal lain yang
lebih baik yang bisa Ayah kerjakan untukku?”

“Jangan menggodaku. Aku seorang kakek dan aku akan lakukan apa yang menurutku akan disukai oleh cucuku.”
aku memandangnya.

Riana berdiri di sana memakai bandana merah kesukaannya diatas rambutnya yang sebahu.

Dia memakai kaos yang sedikit ketat yang bahkan tak sampai ke pinggangnya, dan pusarnya mengedip padaku
dibalik kaosnya. Kancing jeansnya membuatnya kelihatan seperti anak-anak diera bunga tahun 60an, dan dia
memakai sandal dengan bagian bawah yang tebal yang menjadikannya lebih tinggi sepuluh centi. Kuku
kakinya dicat merah senada dengan lipstiknya, dan itu menjadi terlihat dengan sangat menarik dibalik
denimnya.

Dia selalu suka mengenakan perhiasan, dan dia memakainya pada leher, telinga, pergelangan tangan dan
bahkan di jari kakinya. Dia membuatku berandai-andai jika saja aku masih remaja, jadi aku dapat memacari
gadis sepertinya. Mungkin suatu waktu nanti aku harus pergi ke kampus dan mencari gadis-gadis.
Khayalanku terhenti saat menyadari kalau Yoyok dan bayinya tidak mengikutinya masuk.

“Mana anggota keluargamu yang lainnya?” aku bertanya ingin tahu.

“Mereka akan segera datang. Yoyok pergi ke toko perkakas untuk membeli peralatan mesin cuci yang rusak.
Dia ingin membawa serta anaknya. ‘Perjalanan ke toko perkakas yang pertama bersama Ayah’ kurasa yang
dikatakannya padaku.” dia tersenyum.
“Apa Ayah mempermasalahkan saat pertama kalinya mengajak Yoyok ke toko perkakas?”
“Aku tak ingat,” aku berkata dengan garing.

Riana mendekat padaku, dan menaruh tangannya melingkari leherku.

“Ini kesempatan Ayah. Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”

Riana memandangku tepat di mata dan mengangkat tubuhnya dan menciumku lama dan liar. Aku ingin
mendorongnya, tapi aku tak tahu dimana aku harus menaruh tanganku. Aku tak mau menyentuh pinggang
telanjang itu, dan jika aku menaruh tanganku di dadanya aku pasti akan menyentuh puting susunya. Saat
aku masih terkejut dan bingung, aku temukan diriku menikmati ciumannya. Ini sudah terlalu lama, dan aku
merasa telah lupa akan rasa lapar yang mulai tumbuh dalam diriku.

Akhirnya aku menghentikan ciuman itu dan mundur dan melepaskan tangannya dari leherku.

“Kita tak bisa melakukannya.” aku mencoba menyampaikannya dengan lembut, tapi aku takut itu kedengaran
seperti rajukan.
“Ya kita bisa.” Riana kembali menaruh lengannya di leherku dan mendorong bibirku ke arahnya.

Ada gairah yang lebih lagi dalam ciuman kali ini, dan akhirnya penerimaanku. Kali ini saat kami
berhenti, ada sedikit kekurangan udara diantara kami berdua, dan aku semakin merasa sedikit bimbang.

Riana memandangku dengan binar di matanya dan sebuah senyuman di bibirnya.

“Ayah menginginkanku. Aku bisa merasakannya. Ayah tak mendapatkan wanita setahun belakangan ini, dan
Ayah tak mempunyai tempat untuk melampiaskannya. Dan aku menginginkan Ayah. Jadi tunggu apa lagi…”Pada
sisi ini aku tak mampu berkomentar.

Aku menginginkannya. Tapi aku tak dapat meniduri menantuku, bisakah aku? Tapi aku menginginkan dia. Aku
merasa pertahananku melemah, dan saat Riana menciumku lagi, aku jadi sedikit terkejut saat menyadari
diriku membalas ciumannya dengan rakus.

“Mmmmm. Itu lebih baik,” katanya saat kami berhenti untuk mengambil nafas.

Agen Judi Online Terpercaya - Riana menarik tangannya dari leherku dan mulai melepaskan kancing celanaku saat menciumku kembali lalu
dia mundur. Jadi dia bisa melihat saat dia melepaskan kancing jeansku, menurunkan resletingnya, dan
merogoh ke dalam untuk mengeluarkan barangku. Aku terkejut saat terlihat jadi tampak lebih besar di
genggaman tangannya yang kecil. Setahun sudah tak disentuh oleh wanita , dan bereaksi dengan cepat,
menjadi keras dan cairan pre-cumnya keluar saat dia mengocoknya dengan lembut.

Riana mundur dan duduk. Saat kepalanya turun, dia menempatkan bibirnya di pangkal penisku yang basah.
“Aku rasa aku menyukai bentuknya,” bisiknya sambil menatap mataku.

Lalu kemudian dia membuka mulutnya dan dengan perlahan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ke dalam
dan lebih dalam lagi penisku masuk dalam mulutnya yang lembut, hangat dan basah, dan aku merasa berada
di dalam vagina yang basah dan kenyal saat lidahnya menari di penisku. Akhirnya aku merasa telah berada
sedalam yang ku mampu, bibirnya menyentuh rambut kemaluanku dan kepala penisku berada entah di mana jauh
di tenggorokannya. Penisku tanpa terasa mengejang, dan pinggangku bergerak berlawanan arah dengannya,
dan bersiap untuk menyetubuhi wajahnya.

Tapi Riana perlahan menjauhkan mulutnya dariku, menimbulkan suara seperti sedang mengemut permen. Saat
dia bangkit untuk menciumku lagi, aku mengarahkan tanganku diantara pahanya. Aku gosok jeansnya dan dia
menggeliat karenanya.

“Mmmm, itu pasti nikmat,” katanya.
“Tapi biar aku membuatnya jadi lebih mudah.”

Riana melepaskan kancing celananya dan menurunkan resletingnya, memperlihatkan celana dalam katunnya
yang bergambar beruang kecil. Diturunkannya celananya dan melepaskannya dari tubuhnya. Kami melihat ke
bawah pada area gelap dibawah sana dimana kewanitaannya bersembunyi, dan kemudian aku sentuh perutnya
yang kencang dan terus menurunkan celana dalamnya.

Riana mengerang dalam kenikmatan saat tanganku mencapai sasarannya dibalik celana dalamnya. Vaginanya
serasa selembut pantat bayi, dan aku sadar kalau dia pasti telah mencukurnya sebelum kemari. Terasa
basah dan licin oleh cairan kewanitaannya dan membuatku kagum karena itu tak menimbulkan bekas basah di
luar jeansnya. Saat tanganku menyelinap dibalik bibir vaginanya dan menyentuh klitorisnya yang mengeras,
dia memejamkan matanya dan menekan berlawanan arah dengan jariku.

Riana menaruh salah satu tangannya di leherku dan mendorong kami untuk sebuah ciuman intensif berikutnya
sedangkan tangannya yang lain mengocok penisku dan tanganku terus bergerak dalam lubang basahnya. Saat
kami berhenti untuk bernafas, Riana mundur dan mengatakan sesuatu yang mengejutkan,

“Yoyok datang.” Aku segera melepasnya dan menuju jendela. Ya, mobil Yoyok terlihat di jalan sedang
menuju kemari.

Riana pasti melihatnya dari balik bahuku saat kami saling mencumbui leher. Tiba-tiba perasaan bersalah
datang menerkam karena hampir saja ketahuan. Aku tak percaya apa yang hampir saja kami lakukan. Dengan
tergesa-gesa aku kenakan kembali celanaku, tapi Riana menghentikanku dan menangkap tanganku dan
melanjutkan kocokannya.

“Hei, tidak boleh. Tak semudah itu Ayah boleh mengakhirinya. Aku telah menunggu terlalu lama untuk ini.”
“Tapi Yoyok hampir datang! Dia akan melihat kita!”

Riana mengeluarkan penisku dan berjalan ke arah meja dapur.

“Ini perjanjiannya,” katanya.
“Aku tak akan mengadu pada Yoyok tentang apa yang baru saja kita lakukan kalau Ayah dapat dapat
mengeluarkan seluruh sperma Ayah dalam vaginaku sebelum dia sampai kemari.” Sambil berkata begitu, dia
menurunkan celananya hingga lutut dan membungkuk di meja itu.“Dia segera datang!” hampir saja aku
teriak.“Tidak.”

Riana membentangkan kakinya sejauh celananya memungkinkan untuk itu dan dia memandangku lewat bahunya.
“Dia harus menggendong bayi dan mengeluarkan semua barangnya. Biasanya dia memerlukan beberapa menit.
Sekarang kemarilah dan setubuhi aku.”

Riana telah telanjang dari pinggang hingga kaki, dan dia memohon padaku agar segera memasukkan diriku
dalam tubuhnya. Aku menatap dua lubang yang mengundang itu. Pantatnya begitu kencang dan aku tak terusik
saat melihat lubang anusnya yang berkerut kemerahan, dan di bawahnya, bibir vaginanya yang merah,
terlihat mengkilap basah. Kakinya tak sejenjang model, tapi lebih kecil dan terasa pas, dan aku
membayangkan bercinta dengannya beberapa jam.

Tangannya bergerak kebelakang diantara pahanya dan menempatkan tangannya pada vaginanya. Dengan dua
jarinya dilebarkannya bibir vaginanya hingga terbuka, dan aku dapat melihat lubang merah mudanya
mengundang penisku agar segera masuk.

“Ayo,” katanya.
“Ambil aku.”

Agen Judi Online Terbaik - Aku tak tahu apa dia sedang bercanda saat mengatakannya. Yoyok atau bukan, rangsangan ini lebih dari
cukup untuk mereguk birahinya. Aku melangkah ke belakang menantuku dan menempatkan penisku di
kewanitaannya. Saat aku mendorong penisku melewati lubang surganya yang sempit, aku dapat merasakan jari
Riana menahan bibir madunya agar tetap terbuka, dan dia melenguh saat aku memegang pinggangnya dan
memasukkan diriku padanya.

Riana telah sangat basah hingga aku dengan mudah melewati vagina mudanya yang sempit. Aku mulai
mengayunkan barangku di dalamnya, sebagian didorong oleh nafsu akan tubuh menggairahkannya dan sebagian
oleh rasa takut jika Yoyok memergoki kami. Riana mengerang, dan aku dapat merasakan jarinya menggosok
kelentit dan bibir vaginanya sendiri. Nafasnya mulai tersengal, dan setelah beberapa goyangan dariku,
dia segera orgasme. Suara rengekan pelan keluar dari bibirnya saat dia mencengkeram pinggiran meja
dengan kuat, dan letupan orgasmenya menggoncang kami berdua saat aku menghentaknya.

Itu cukup untuk menghantarku. Aku tak berhubungan dengan wanita dalam setahun ini, dan aku belum pernah
mendapatkan yang sepanas Riana. Aku menahan nafas dan mendorong seluruh kelaki-lakianku ke dalam
dirinya. Kami mematung, dan kemudian spermaku menyemprot dengan hebat jauh di dalam surganya. Serasa aku
telah mengguyurnya dengan sperma yang panas dan berlebih. Dia mengerang dalam nikmat, menggetarkan
pantatnya di seputar penisku saat aku mengosongkan persediaan benihku. Dia melemah seiring dengan
habisnya spermaku, dan kami akhirnya berhenti bergerak, kecuali untuk mengambil nafas.

Takut Yoyok akan datang sebelum kami sempat melepaskan diri, aku keluarkan diriku dari tubuhnya dengan
bunyi plop yang basah, lalu mundur menjauh dan mengenakan celanaku. Riana masih tetap berbaring
tertelungkup di atas meja merasakan kehangatan campuran cairan birahi kami, pantat telanjangnya masih
tetap memanggilku. Aku lihat spermaku dan cairannya mulai meleleh keluar dari bibir surganya.

Aku palingkan muka dan melihat Yoyok hampir sampai di pintu belakang, bayi di tangan yang satu dan
belanjaan di tangan lainnya.

Aku berbalik dan memohon pada Riana.

” Ayolah!” kataku.
“Kamu telah dapatkan keinginanmu. Dia hampir sampai kemari.”

Riana bangkit, tatapan matanya masih kelihatan linglung. Dia bergerak ke depanku, menjadikanku sebagai
penghalang dari pandangan suaminya saat dia dengan tergesa-gesa memakai celananya.

“Apa kalian sudah siap untuk pertandingannya?” tanya Yoyok sambil membuka pintu.
“Ya,” aku menjawab dari balik punggungku saat aku diam untuk menghalangi Riana yang menaikkan
resletingnya.

Setelah dia selesai, aku segera berbalik untuk menyambut Yoyok.

“Ini,” katanya, menyodorkan bayinya padaku dan meletakkan belanjaannya diatas meja dapur.
“Urus ini, aku akan mengambil popok bayi.” Yoyok melangkah ke pintu yang masih terbuka, dan aku
menghampiri Riana. Dia masih terlihat sedikit linglung.
“Hampir saja,” kataku.
“Sini, biar aku yang menggendongnya.”Aku berikan bayinya.

Agen Judi Online Uang Asli - Riana memberiku pemandangan seraut wajah dari seorang wanita yang puas sehabis bersetubuh, dan memberiku
ciuman hangat yang basah.

“Masih ada satu hal lagi yang harus kuketahui,”katanya.
“Apa itu?”Kalau aku ingin, bisakah aku mendapatkannya besok?” Dan dia melenggang begitu saja tanpa menunggu jawabanku yang hanya melongo bengong. Dia yakin kalau akan bersedia.
Share:

Label

Arsip Blog

333
333
333