Cerita Seks Orgasme yang Sangat Puas Saya Dapatkan dari Arianto

Cerita Sexsex Puas - Pak Arianto segera menghentikan aksinya sejenak, sehingga Siska langsung ambruk kelelahan di pagar balkon villanya.

“Ahh…” Siska terengah-engah kelelahan sambil berusaha menghirup udara segar untuk mengistirahatkan sendi tubuhnya.

Cerita Seks Orgasme yang Sangat Puas Saya Dapatkan dari Arianto

Agen Judi Online - Seorang laki-laki paruh baya lalu keluar ke teras villa itu sambil membawa koran sore hari; ia segera duduk di sofa teras villanya, memasang earphone di telinganya untuk mendengarkan musik sambil membaca koran itu. Mungkin karena ia sangat berkonsentrasi membaca koran itu, ia tidak menyadari kalau Siska sedang dipermainkan oleh Pak Arianto tepat di sebelahnya.

Padahal apabila ia menoleh ke kiri, sudah tentu ia bisa melihat dengan jelas pemandangan Siska yang sedang menungging kelelahan dengan tangan-tangan Pak Arianto yang masih melekat di vagina Siska. Pak Arianto kembali mendapatkan ide licik. Mendadak tangannya kembali bergerak mengocok vagina Siska tanpa aba-aba.

“Hymphh!” Siska yang hendak menjerit segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya sehingga suara jeritannya teredam.

Walaupun mabuk berat, setidaknya Siska masih bisa mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menjerit-jerit dihadapan Pak Halim, tetangga Pak Arianto itu. Sarung tangan satin Siska tampak cukup efektif untuk meredam suaranya. Pak Arianto terkekeh-kekeh berusaha menahan tawa saat melihat Siska menutup mulutnya.

“Lho? Kenapa kamu tutup mulut? Ayo dong, nyanyi lagi seperti barusan! Supaya didengar Pak Halim!” ejek Pak Arianto lewat bisikan di telinga Siska sambil mempercepat gerakan jarinya sehingga Siska makin kewalahan menahan suaranya.

“Hhrmphh… mmmphh!! Mph!!” Suara-suara tertahan kian bergema didalam mulut Siska. Walaupun tangannya kian erat menutupi mulutnya, namun Siska tidak mampu untuk menahan suaranya lebih lama lagi, apalagi saat merasakan orgasmenya kian mendekat.

Suara-suara jeritan Siska sesekali terdengar saat ada celah di jari-jari Siska. Namun suara itu juga tidak begitu jelas terdengar. Andaikata Pak Halim tidak ada disitu, Siska sudah pasti menjerit-jerit dengan keras karena kenikmatan di vaginanya itu.

Pak Arianto terus berusaha untuk membuat Siska takluk dan menjerit untuk mempermalukan Siska, namun tetap saja Siska bersikeras untuk menutup mulutnya. Anehnya, suasana tegang karena takut ketahuan justru memberikan dorongan seksual tersendiri bagi Siska.

“HMPP…PPF!! MMM!!!” Dengan diiringi lenguhan tertahan yang keras, mata Siska membelalak, seluruh otot tubuhnya menegang dan punggungnya melengkung ke atas.
Pak Arianto terkejut saat jarinya tiba-tiba terasa terjepit oleh dinding-dinding vagina Siska sebelum dibasahi oleh hangatnya cairan cinta Siska yang mengucur dengan deras dari vagina Siska.

Rupanya Siska berhasil mencapai orgasmenya sekali lagi. Siska menyandarkan kepalanya ke pagar balkon villa itu untuk beristirahat. Nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan.

“Wah, hebat juga orgasmenya! Ayo, kita lanjut ke ronde dua!” Dengan penuh semangat, Pak Arianto melucuti seluruh celananya sehingga penisnya yang besar langsung mengacung tegak dihadapan vagina Siska yang masih tertungging lemas di pagar balkon.

Diolesinya penisnya dengan cairan cinta Siska yang masih tersisa di telapak tangannya sambil sesekali mengurut penisnya, Pak Arianto sesekali juga mencolek-colek vagina Siska untuk mengambil cairan cinta Siska untuk kemudian dipergunakannya cairan itu sebagai pelumas penisnya. Setelah beberapa lama, penis Pak Arianto pun kembali berkilauan akibat olesan dari cairan cinta Siska. Pak Arianto segera merangkul pinggang Siska sambil memposisikan kepala penisnya dibibir vagina Siska.

“Ookh… Oohh!” tanpa sadar Siska lupa untuk menutup mulutnya dengan tangan sehingga terdengarlah suara lenguhannya saat penis besar Pak Arianto memasuki vaginanya.

Pak Arianto terdiam sejenak karena sadar bahwa suara itu bisa saja terdengar oleh Pak Halim. Namun anehnya, Pak Halim masih sibuk membaca korannya dengan wajahnya yang tertutup lembar-lembar koran itu. Sepertinya earphone di telinganya disetel dengan volume yang tinggi sehingga ia sulit mendengar suara disekitarnya.

Belum puas mengerjai Siska, Pak Arianto menarik pinggang Siska kearah kanan plafon itu sehingga kini posisi Siska menungging tepat didepan balkon Pak Halim. Seolah hendak memamerkan caranya menggagahi pengantinnya itu kepada Pak Halim.

“Eeghmmm…” desah Siska sambil sedikit menutup mulutnya kembali saat Pak Arianto memajukan pantatnya perlahan sehingga penisnya semakin terbenam di dalam lubang pipis Siska.

Siska tidak merasa begitu sakit lagi karena lubang vaginanya terbuka lebih lebar sedikit akibat dionani dengan dua jari Pak Arianto sebelumnya. Malah Siska merasa nikmat sekali dengan sensasi gesekan antara dinding vaginanya dengan penis besar milik Pak Arianto. Rasa sesak akibat diameter penis Pak Arianto yang memenuhi rongga vagina Siska juga memberi sensasi tersendiri yang merangsang syaraf-syaraf vagina Siska.

“Hmmm…” Siska mendesah pelan dengan mulut tertutup saat Pak Arianto perlahan-lahan menarik keluar penisnya dari vagina Siska hingga hanya tersisa pangkal penisnya yang masih terbenam dalam vagina Siska. Rasa gesekan di klitoris Siska yang tergesek saat penis itu ditarik mundur memberi sensasi rasa geli yang menggelitik tiap syaraf di vagina Siska.

“MMMPH!” Siska menjerit saat tiba- tiba Pak Arianto menghentakkan pinggangnya maju kedepan sehingga penisnya langsung tertancap membenam hingga kedasar liang vagina Siska.

Pak Arianto lalu mencengkeram pinggang Siska dan menggoyangkannya pelan-pelan sehingga penisnya mengaduk-aduk kemaluan Siska. Pak Arianto juga kembali memijat pinggang Siska seperti sebelumnya sehingga Siska semakin kewalahan akibat tambahan rasa nikmat yang mendera tubuhnya.

“Mmm… mmm… mmm…” Siska hanya menggoyang-goyangkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya itu sementara kedua tangannya masih sibuk menutupi mulutnya dengan erat. Pak Arianto membiarkan Siska terbiasa dengan sensasi akibat goyangan pinggangnya selama beberapa menit sebelum ia tiba-tiba melepaskan pinggang Siska.

“Hmm?” Siska terkejut sesaat. Siska segera menoleh kebelakang melihat Pak Arianto dengan raut wajah kecewa karena kenikmatannya terhenti.

“Ayo, giliran kamu yang goyang!” perintah Pak Arianto.

Tanpa ragu lagi, Siska segera menggoyangkan pantatnya untuk mempermainkan penis Pak Arianto dengan vaginanya. Pantat Siska bergoyang naik-turun menarik keluar sebagian penis Pak Arianto sebelum Siska menghentakkan pantatnya mundur tiba-tiba sehingga penis Pak Arianto langsung terbenam dengan cepat ke dalam vaginanya.

“Huaah… aagh… egh…” Pak Arianto mendesah penuh kenikmatan saat merasakan rasa hangat dan lembut dalam vagina Siska yang terus memainkan penisnya dengan goyangan-goyangan erotis pantatnya.

Pak Arianto terus meresapi kenikmatan dalam rongga vagina pengantin cantiknya itu. Betapa bangganya Pak Arianto saat mengingat kesuksesannya untuk mendapatkan layanan khusus dari liang vagina Siska yang begitu banyak diincar oleh para lelaki di kantor mereka. Lama kelamaan, Pak Arianto merasa bosan dengan goyangan Siska walaupun penisnya terasa cukup nikmat.

Pak Arianto sudah cukup bersabar dengan goyangan Siska dari tadi untuk menarik perhatian Pak Halim yang dari tadi masih saja menempelkan matanya di koran. Harapannya untuk mempermalukan Siska dengan cara mempertontonkan adegan dimana Siska yang masih berbusana pengantin sedang memompa penisnya maju mundur kepada Pak Halim mulai sirna.

“Sialan si Halim itu! Padahal ada pemandangan bagus begini, malah koran yang dilihatnya! Dasar kutu buku tolol! Buta apa?!” umpat Pak Arianto dalam hati.

Pak Arianto yang sudah tidak sabar lagi segera mencengkeram pinggang Siska dan menghentakkan pinggangnya dengan keras kedalam vagina Siska.

“AAH!” Siska menjerit keras.

Karena dilakukan secara mendadak, Siska yang terkejut tanpa sadar melepaskan tangannya sehingga suara jeritannya meledak. Pak Arianto yang kesal terus menghentak-hentakkan penisnya didalam vagina Siska. Siska tahu tangannya kini tidak akan cukup lagi untuk mehanan suaranya, sehingga Siska tidak punya pilihan lain selain menyumpal mulutnya dengan kain slayer yang tersibak kewajahnya dan menggigit kain itu sekeras mungkin untuk menahan jeritan histerisnya yang siap untuk meledak kapan saja. Selama 5 menit, Pak Arianto memompa penisnya keluar masuk dari vagina Siska. Suara yang keluar dari mulut Siska sudah tidak jelas sama sekali apakah itu suara desahan, jeritan atau erangan. Siska benar-benar merasa tersiksa karena jeritannya tertahan dan rasa sakit di tenggorokannya akibat suaranya diredam paksa.

“Hrggh… Eerghh…” Pak Arianto tidak bisa lagi berlama-lama menahan dirinya. Dengan diiringi sebuah hentakan keras ke dalam vagina Siska, Pak Arianto pun menggeram keras dan menyemburlah sperma Pak Arianto kedalam vagina Siska.

“Hmm… phh??” Siska terkejut sejenak saat merasakan sperma Pak Arianto menyemprot hingga ke dasar vaginanya. Pak Arianto membiarkan penisnya tertancap kedalam vagina Siska sejenak untuk mengeluarkan seluruh spermanya itu.

Saat penis itu tercabut dari vagina Siska, tampak lelehan putih sperma Pak Arianto ikut keluar dari celah-celah vagina Siska yang masih menungging itu. Pak Arianto tersenyum puas dan dibelainya tubuh Siska. Namun tiba-tiba ia merasakan tubuh Siska bergetar pelan seperti menggigil ssat membelai Siska. Pak Arianto dengan perasaan cemas segera melihat keadaan Siska.

Betapa terkejutnya Pak Arianto saat melihat wajah Siska yang sudah berlinangan air mata sedang menangis sesunggukan dengan slayer yang masih tersumpal didalam mulutnya. Entah bagaimana, hati Pak Arianto terasa sakit dan kasihan melihat Siska yang tampak tersiksa itu.

Bagaimanapun juga ia menikahi Siska atas dasar rasa cintanya pada wanita itu sejak dulu dan mungkin perbuatannya untuk balas dendam dengan mempermalukan Siska sudah kelewatan sehingga malah menyakiti wanita yang dicintainya itu.

Pak Arianto segera mengusap airmata dari wajah Siska dan merangkulnya dari belakang. Dilepasnya slayer yang masih digigit oleh Siska dengan pelan. Pak Arianto bisa merasakan getaran tubuh Siska dan juga peluh yang membasahi sekujur tubuh wanita malang itu.

“Sha, maaf ya… Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Pak Arianto dengan penuh kekhawatiran.

Siska yang masih sesunggukan hanya mengangguk pelan. Tanpa menghiraukan Pak Halim lagi, Pak Arianto segera membimbing Siska masuk ke dalam kamar mereka. Slayer, tiara dan kontak lens Siska dilepas, Pak Arianto lalu membaringkan Siska di ranjang mereka tepat disamping Aknes dan melepas sepatu Siska.

“Kamu capek kan? Ayo tidur dulu ya.” Pak Arianto segera menyelimuti tubuh Siska dengan selimut dan membaringkan tubuhnya disamping Siska. Sejenak Pak Arianto merenungi kejadian hari itu dan apa yang telah dilakukannya dengan Siska. Ekspresi puas tampak menghiasi wajahnya, walaupun ia juga agak menyesali perlakuannya pada Siska barusan. Perlakuannya memang kelewatan.

Bagaimanapun juga Siska pasti punya harga dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Pak Arianto lalu memutuskan untuk kembali minta maaf.

“Eh, Sha…” Saat Pak Arianto menoleh ke wajah Siska untuk meminta maaf sekali lagi,

Rupanya Siska sudah tertidur lelap kelelahan. Wajah tidurnya tampak menawan bagaikan wajah malaikat, apalagi dengan gaun putihnya dan riasan pengantin di wajahnya yang semakin memperkuat kesan “angelic” dari tubuhnya. Pak Arianto hanya tersenyum kecut sebelum akhirnya ikut tertidur sambil memeluk tubuh lembut Siska.

Esok paginya, Pak Arianto mendadak terbangun saat merasakan sensasi rasa hangat dan sesuatu yang lembut sedang mempermainkan penisnya. Rasanya penisnya seperti dikocok-kocok maju-mundur oleh sesuatu. Sesekali pula pangkal penisnya terasa basah dan geli saat digesek oleh sesuatu yang basah.

Pak Arianto membuka matanya sejenak. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Siska sedang menungging dihadapan selangkangannya sambil mempermainkan penisnya. Jari-jari tangan Siska yang masih dibalut sarung tangan satinnya mengocok penis Pak Arianto dengan lembut sambil sesekali menjilati dan menyentil-nyentil pangkal penis Pak Arianto dengan lidahnya.

“Sa… Siska?” tanya Pak Arianto tidak percaya.

“Ooh, Sayaang… Akhirnya bangun juga… Aku sudah menunggu dari tadi, lhoo…” racau Siska saat melihat Pak Arianto terbangun.

“Apa-apaan kamu?!” bentak Pak Arianto, namun Siska tidak menggubris Pak Arianto sama sekali. Ia masih saja sibuk memainkan penis Pak Arianto dengan tangan dan mulutnya. Mata Siska tampak sayu dan nafasnya masih saja memburu. Pak Arianto akhirnya tahu kalau Siska masih belum sadar dari mabuknya dan sudah tentu pengaruh dari obat perangsang itu. Namun Pak Arianto heran, bagaimana mungkin Siska bisa kembali bergairah seperti itu setelah sekian lama meminum wine itu. Normalnya, efek wine itu tentunya sudah hilang dari tadi.

“Mmm… enaakh… lebih enak dari Deldy… Besaar…” seloroh Siska sambil mengelus-elus penis Pak Arianto dan menjilatnya dengan pelan.

“Hooh… Hwooh…” Pak Arianto mendesah nikmat saat tiba-tiba bibir Siska menghisap-hisap penisnya.

“Mmm… hmm…” terdengar gumaman Siska yang masih menghisap penis Pak Arianto. Lidah Siska ikut membelai-belai pangkal penis Pak Arianto sehingga Pak Arianto merasa lubang kencingnya seolah ditusuk-tusuk oleh jarum.

“Aah… enaak… Eh? Hentikan Siska!” tiba-tiba Pak Arianto tersadar dari buaian kenikmatannya itu. digesernya kepala Siska sehingga kuluman Siska terlepas dari penisnya.

“Apaa siih?” gerutu Siska kesal.

“Siapa yang suruh kamu oral seks sekarang?! Ini masih pagi tahu!”

“Soalnya kamu curaang! Aku masih belum memberimu hadiah pernikahan kaan?!!” jawab Siska dengan wajah merengut.

“Hadiah apa?!” tanya Pak Arianto heran.

Siska tidak menghiraukan pertanyaan Pak Arianto. Ia segera melompat dan menangkap penis Pak Arianto dengan kedua belah tangannya.

“Naah, ketangkap deeh! Dasar nakaal!” ujar Siska seperti anak kecil.

Siska segera mengulum penis Pak Arianto kembali. Suara jilatan dan hisapan Siska kembali bergema di kamar itu. Kini giliran Pak Arianto yang kewalahan menghadapi Siska. Rasa nikmat yang menjalari penisnya semakin menjadi. Liur Siska sudah menetes-netes dipinggir bibirnya, namun Siska masih saja bersemangat dalam menghisap penis Pak Arianto.

“Siskaa! Sudaah! Hadiah apa yang kamu mau?!” kembali Pak Arianto bertanya dengan kewalahan. Siska pun akhirnya menghentikan kulumannya itu dan menatap wajah Pak Arianto dengan sayu.

“Aku… mau memberimu keperawananku…” jawab Siska pelan.

“Keperawanan? Bukannya kamu sudah tidak perawan dari tadi?” tanya Pak Arianto bingung dengan dahi yang mengrenyit. Bukannya Siska sudah tidak perawan sejak sebelum ia dinikahi tadi? Bukankah Deldy yang sudah memetik keperawanan Siska sebelumnya? Pikir Pak Arianto.

“Aah! Mas Arianto bodoh deeh!!” Siska kembali merengut. Kini Siska membalikkan tubuhnya, mengangkat rok gaunnya dan menungging dihadapan Pak Arianto sambil menguakkan bongkahan pantatnya sendiri sehingga lubang pantat Siska tampak merekah dihadapan wajah Pak Arianto. Pantat Siska tampak mengkilat ditimpa cahaya mentari pagi yang menerobos kedalam kamar mereka.

“Ini… pantatku masih perawan kook!” ujar Siska manja.

“Ayo doong! Ini hadiah dariku lhoo! Aku memang berencana untuk memberi keperawanan pantatku untuk Mas Arianto dari kemarin!” goda Siska seperti pelacur sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang montok itu, sehingga Pak Arianto kini kembali menelan ludah. Siapa yang bisa menolak godaan seorang pengantin wanita secantik Siska? Apalagi tawaran sukarela untuk mencicipi lubang pantat Siska tidak datang setiap hari.

Pemandangan yang disajikan Siska dihadapan Pak Arianto segera membangkitkan kembali gairah seksual Pak Arianto. Pak Arianto segera beranjak bangun dari ranjangnya.

“Yaah… kok pergi siih?!” ujar Siska yang masih menungging dengan nada kecewa.

“Sebentar sayang, aku mau minum dulu.” Jawab Pak Arianto sambil mencari-cari wine yang tadi ditaruhnya diatas meja balkon itu supaya gairah seksualnya ikut bangkit untuk mengimbangi Siska.

Pak Arianto amat terkejut melihat wine yang tadinya masih penuh sekitar ¾ bagian, sekarang jumlahnya kurang dari setengah botol. Pak Arianto melirik Siska sejenak, dilihatnya wajah Siska yang tampak dilanda nafsunya itu. Bahkan kini jari-jari lentik Siska mulai mempermainkan liang vaginanya sendiri sambil mendesah-desah erotis.

“Eh Sha, kamu tadi minum wineku ya?” tanya Pak Arianto curiga.

“Iyaah… memangnya kenapaa? Soalnya nggak ada air putihh… Winenya enakk… hhh… tadi kuminum 10 gelas… mmh… soalnya gelasnya kecil… siih…” desah Siska.

Pantas saja! gerutu Pak Arianto dalam hati. Akhirnya Pak Arianto tahu penyebab mengapa Siska bisa semabuk dan bergairah seperti itu. Wajar saja, semalam mereka mereguk sekitar 7 gelas kecil wine itu dan masih tersisa lebih dari setengahnya. Dengan dosis 5 gelas saja sudah cukup untuk membuat Siska tergila-gila semalam. Apalagi dengan dosis berganda, wajarlah apabila akibatnya bisa sedahsyat itu untuk wanita yang gampang mabuk seperti Siska.

Pak Arianto hanya menggerutu sejenak sebelum meminum beberapa gelas kecil wine itu. Setelah merasa tubuhnya mulai bergairah, Pak Arianto segera menghampiri Siska yang masih sibuk beronani sambil menungging diatas ranjang. Segera Pak Arianto memposisikan wajahnya ditunggingan Siska. Dibenamkannya wajahnya di selangkangan Siska sambil menjulurkan lidahnya ke vagina Siska perlahan.

“Hya?!” Siska kembali menjerit kecil saat lidah Pak Arianto menusuk vaginanya.

Pak Arianto segera mencengkeram pinggang Siska dan membenamkan wajahnya di selangkangan Siska. Dihirupnya aroma khas yang terpancar dari vagina Siska sambil menyeruput cairan cinta Siska yang menetes deras ikut membasahi sprei ranjang mereka. Hembusan nafas Pak Arianto membuat bulu kuduk Siska berdiri dan desahannya semakin keras saat klitorisnya kembali dipermainkan Pak Arianto yang kali ini menyentil klitoris Siska dengan lidahnya.

“Aah… aaw!!” Desah Siska menggema diruangan itu.

Tubuh Siska sudah sepenuhnya tidak terkontrol lagi karena takluk oleh nafsu birahinya. Pak Arianto pun semakin bersemangat mencicipi vagina Siska.

“Mommy?” tiba-tiba terdengar suara anak perempuan dari belakang tubuh Siska dan Pak Arianto.

“A… Aknes?” Siska terkejut sejenak saat mendengar suara itu. Pak Arianto menoleh dan melihat Aknes yang terbangun sudah terduduk dibelakangnya. Aknes tampak kebingungan melihat posisi ibunya yang menungging dan wajah Pak Arianto yang terbenam di selangkangan ibunya itu. Aknes lalu berjalan mendekati Siska, dilihatnya wajah merah padam Siska yang sayu dan tampak kelelahan. Tentu saja balita seperti Aknes tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dilakukan oleh Siska dan Pak Arianto.

Pak Arianto menghentikan aksinya karena ia tidak mau lagi mengerjai Siska dengan berlebihan. Bahkan Pak Arianto segera menurunkan kembali rok gaun Siska untuk menutupi selangkangan Siska.

“Aah! Kok berhenti siih!” gerutu Siska.

“Sebentar Sha, Aknes kan sudah bangun. Kita lanjutkan nanti saja!”

“Nggak mauu! Aku maunya sekarang!” tolak Siska seperti anak kecil.

“Tapi Sha, Aknes kan…”

“Biarin ajaa… Kalau nggak, nanti aku nggak akan mau main dengan Mas Arianto lagi!” ancam Siska. Mungkin karena mabuk berat dan pengaruh rangsangan di tubuhnya, Siska tidak peduli lagi dengan kehadiran Aknes. Ia juga sama sekali tidak cemas kalau Aknes menonton adegan persetubuhannya nanti. Pak Arianto merasa tidak perlu lagi menahan diri karena Siska sendiri sudah sama sekali tidak peduli dengan harga dirinya. Tanpa menunggu lama, Pak Arianto segera menyibakkan kembali rok gaun Siska dan mencubit klitoris Siska.

“AW!” Siska menjerit di hadapan Aknes, sehingga Aknes tampak semakin kebingungan.

“Mom…my?” tanya Aknes bingung dengan polosnya. Ia mengira Siska kesakitan karena Siska menjerit keras.

Pak Arianto kembali beraksi, kini dijilatinya klitoris Siska sambil kembali memasukkan jarinya kedalam vagina Siska dan mulai mengocok liang vagina Siska kembali.

“Ahh… oohh… Haaah…” kini wajah Siska tampak memancarkan kelegaan dan kenikmatan di hadapan Aknes.

Bandar Judi Online Terbaik - Pak Arianto terus bergantian antara mencubit klitoris Siska ataupun menyentil-nyentil klitoris Siska sehingga mimik wajah Siska ikut berganti-ganti antara menikmati atau kesakitan dihadapan Aknes. Raut wajah Aknes semakin bingung melihat mimik muka ibunya itu. Mata Siska yang merem melek ditambah dengan bibirnya yang meneteskan air liurnya dan lidahnya yang terus menyapu keluar akibat deraan gelombang kenikmatan yang menguasai tubuhnya kini terpampang jelas dihadapan putrinya sendiri yang tampak kebingungan karena belum pernah melihat raut wajah ibunya seperti itu.

Normalnya, Siska pasti akan segera menghentikan tontonan yang amat tidak pantas untuk dilihat bagi balita yang polos seperti Aknes. Namun akibat rangsangan obat yang diminumnya dengan wine itu, sekarang otak Siska hanya terfokus untuk menggapai kenikmatan seksualnya sendiri tanpa menghiraukan pandangan Aknes sama sekali. Sensasi kenikmatan di vaginanya benar-benar merasuki tubuh Siska yang sekarang juga amat sensitif akibat pengaruh obat perangsang itu. Malah Siska juga merasa semakin terangsang saat persetubuhannya dilihat oleh anaknya sendiri.

“Aknes, ayo sini ke tempat om!” ujar Pak Arianto tersenyum sambil menggendong Aknes ke pangkuannya. Sehingga kini Siska memamerkan kewanitaan dan pantatnya dihadapan Pak Arianto dan anaknya sendiri. Pak Arianto lalu memegang tangan mungil Aknes dan mengeluarkan jari telunjuk dan jari tengah milik balita mungil itu.

“Nah, ayo… om kasih tahu apa yang paling disuka mamamu!” Ujar Pak Arianto sambil membimbing tangan Aknes kearah vagina Siska.

“Ugh!” Siska menjerit saat merasakan vaginanya ditusuk oleh sesuatu yang kecil. Siska akhirnya menyadari kalau jari-jari mungil Aknes sudah terbenam ke dalam vaginanya.

“Baguus! Aknes memang pintar! Sekarang, ikutin gerakan tangan om ya!” puji Pak Arianto sambil memegang pergelangan tangan Aknes dan menggerakkannya maju-mundur dengan pelan sehingga jari-jari tangan Aknes menghunjam vagina ibunya berulangkali.

“Wah! Aach! Aww!” Siska mendesah-desah saat jari-jari mungil Aknes mempermainkan vaginanya. Tubuh Siska tampak terhentak pelan mengiringi hunjaman jari putrinya sendiri di vaginanya. Aknes yang polos sama sekali tidak tahu apa yang sedang dilakukannya itu. Aknes malah tampak senang dan tertawa-tawa saat melihat tubuh ibunya terhentak sambil mendesah nikmat akibat permainan jarinya itu. Ia mengira perbuatannya itu semacam permainan yang menyenangkan. Pak Arianto sesekali melepaskan tangan Aknes dan Aknes terus saja menggerakkan jarinya maju mundur divagina Siska.

“Gimana rasanya, Sha? Main dengan Aknes enak kan?” ejek Pak Arianto.

“Ooh.. oh… aah… Aknesa… ahh… Aknes… enaak… terus… sayaang…” Racau Siska penuh kenikmatan. Siska tidak mempedulikan ejekan Pak Arianto lagi. Jari-jari mungil Aknes yang sesekali bergerak saat menghunjam vaginanya menjelajahi ruang hangat vagina Siska memberi Siska reaksi tersendiri yang luar biasa. Apalagi mengingat kalau vaginanya sedang dipermainkan anaknya sendiri, sama sekali tidak membuat Siska merasa malu, malah Siska semakin terangsang berat akibat permainan itu.

“WAAAH… HAAH…AAKH!!!” Siska menjerit sekeras-kerasnya saat seluruh syaraf tubuhnya menegang keras. Tanpa bisa dibendung, cairan cinta Siska langsung muncrat tanpa ampun kejari-jari Aknes. Aknes terdiam sejenak karena kaget mendengar suara jeritan Siska dan semburan cairan cinta ibunya itu. Kepala Siska langsung ambruk kembali ke ranjang setelah mendapat orgasme yang luar biasa itu, namun ia masih dalam posisi menungging sehingga bagian atas tubuhnya kini tertumpu pada kedua dada indahnya itu yang kini seperti bantalan yang terjepit diantara tubuhnya dan kasur empuk itu untuk menahan tubuhnya.

“Hehehe… lumayan deh!” Pak Arianto terkekeh-kekeh puas setelah berhasil mengerjai Siska sambil mengacungkan jari-jari Aknes yang berkilat akibat cairan cinta Siska dan menjilat-jilati jari Aknes.

“Bagus sekali, Aknes! Kamu memang pintar!” kembali Pak Arianto memuji Aknes sambil mengelus kepala anak yang lugu itu. Aknes hanya tertawa saat Pak Arianto membelainya tanpa mengerti kalau ia baru saja diperalat untuk melakukan hal yang amat terkutuk. Aknes lalu didudukkan disebuah kursi bayi dan dipasangkan ikat pinggang supaya tidak jatuh. Setelah memastikan kalau Aknes sudah aman, Pak Arianto segera kembali menghampiri Siska yang masih menungging tak berdaya diatas ranjang itu.

“Oke, Siska! Sekarang giliran saya ya! Saya mau menagih hadiah dari kamu!” pungkas Pak Arianto sambil mengangkat sedikit pinggang Siska. Kali ini diposisikannya pinggang Siska agar lubang pantat Siska berada tepat dihadapan penisnya yang mengacung tegak.

“Tenang saja! Saya akan bersikap lebih lembut kali ini, supaya kamu tidak merasa tersiksa lagi.” Janji Pak Arianto pada Siska.

Pak Arianto kembali mencolek-colek cairan cinta di vagina Siska untuk kemudian diusapkannya di lubang pantat Siska sebagai pelumas. Setelah merasa siap, Pak Arianto menguakkan kedua bongkahan pantat Siska dan menyentuhkan ujung penisnya dilubang pantat Siska. Pak Arianto mulai mendorong maju pinggangnya dengan pelan.

“Heghh…” Siska merintih kecil saat merasakan lubang pantatnya terbuka sedikit untuk menerima penis Pak Arianto.

“AAAAKH!!!” dengan disaksikan oleh Aknes, Siska menjerit pilu saat penis Pak Arianto yang besar itu menerobos masuk lubang pantatnya hingga penis besar itu terhunjam sepenuhnya kedalam lubang pantat Siska dan lenyaplah keperawanan anal milik Siska. Air mata Siska langsung menetes akibat rasa perih yang tak terkira melanda anusnya.

“Hoaah…” Pak Arianto menghentikan sejenak gerakannya untuk meringankan rasa sakit yang melanda Siska. Sekaligus merasakan sensasi hangat dan lembut didalam lubang pantat Siska. Jepitan otot pantat Siska yang begitu erat memberi rasa nikmat bagi Pak Arianto, seolah bersetubuh dengan seorang perawan. Ya! Bagi Pak Arianto, peribahasa “tak ada rotan, akar pun jadi” amat berarti saat itu. Karena walaupun tidak bisa menikmati keperawanan vagina Siska, toh tidak ada salahnya bagi Pak Arianto untuk mendapatkan keperawanan pantat Siska yang tak kalah nikmatnya.

“Siska, kenapa? Sakit ya?” Pak Arianto bertanya pada Siska dengan nada sedikit cemas.

“I… iya… shhh… sebentar ya…” jawab Siska pelan sambil menghela nafas. Siska berusaha menghirup udara sejenak dan menyesuaikan dirinya dengan posisi Pak Arianto. Rasa sesak dan perih dilubang pantat Siska pelan-pelan menghilang. Tidak seperti tadi, kali ini Pak Arianto berusaha untuk memberi rasa nyaman bagi Siska. Sementara itu, Aknes hanya terduduk sambil melihat adegan persetubuhan ibunya itu.

“Bagaimana? Sudah enak?” tanya Pak Arianto.

“Mmm… Tapi jangan keras-keras ya…” jawab Siska sambil menanggukkan kepalanya.

Pak Arianto mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan sehingga penisnya tertarik keluar hingga tersisa pangkal penisnya saja sebelum kembali menggerakkan maju penisnya dengan pelan kedalam pantat Siska. Gerakan pelan itu memang disengaja untuk memberi rasa nyaman bagi Siska. Saat penis Pak Arianto sudah terbenam sebagian besar, Pak Arianto segera menghentakkan pinggangnya mendadak sehingga muncul rasa perih yang tiba-tiba menyengat anus Siska.

“Aw!” jerit Siska saat pantatnya serasa tertusuk oleh jarum raksasa ketika Pak Arianto menghentakkan pinggangnya, menghunjamkan seluruh penisnya kedalam anus Siska.

“Tahan ya, Sha! Lama-lama juga enak kok!” bujuk Pak Arianto. Siska hanya mengangguk pelan. Pak Arianto terus menggerakkan penisnya maju mundur dengan pelan sambil meresapi nikmatnya jepitan erat dari otot pantat Siska.

Benar saja, lama kelamaan rasa sakit dan perih di pantat Siska mulai berganti dengan rasa geli sedikit perih yang nikmat. Syaraf-syaraf anus Siska mulai terbiasa dengan gerakan penis Pak Arianto dan hentakan mendadak dari Pak Arianto yang sekarang mengirimkan gelombang kenikmatan tiada taranya kesetiap simpul syaraf Siska. Suara rintihan Siska pelan-pelan berganti dengan suara desahan penuh kenikmatan.

“Aagh… awwh… hhh…” Siska tampak megap-megap merasakan sensasi nikmat yang melanda anusnya. Saat merasa Siska sudah terbiasa dengan gerakannya, Pak Arianto langsung mempercepat gerakan pinggulnya sehingga penis Pak Arianto menghunjam keras kedalam anus Siska. Suara tumbukan antara pinggang Pak Arianto dan bongkahan pantat Siska menggema didalam kamar mereka.

Pak Arianto kembali menuangkan wine ke gelasnya sendiri dan menyodorkan gelas itu ke Siska. Siska yang kehausan akibat terus menjerit-jerit sejak disetubuhi Pak Arianto segera meminum wine itu. Saat melihat wine digelas itu habis, Pak Arianto segera menuangkan wine itu lagi untuk diminum Siska. Siska terus direcoki dengan wine yang dicampur obat perangsang itu sehingga kini Siska semakin mabuk dan terhanyut dalam gairah seksualnya.

“Aah… en…naak… ooh…” desah Siska.

“Enak ya, Sha? Kamu suka?”

“I…yaah… ookh…”

“Siska, kamu suka yang mana? Di vagina atau pantat kamu?” tanya Pak Arianto.

“Aaahh… sama sajaa… dua-duanya enaak…” celoteh Siska.

“Mas Antoon… Maas… suka yang manaa? Vagina… atau pantatnya Siskaa?” tanya Siska manja seperti seorang pelacur.

“Hmm… Aku sih lebih suka pantatmu, Sha. Soalnya vagina kamu sudah bekas si Deldy! Lagipula pantat kamu masih rapat seperti perawan, hehehe…” jawab Pak Arianto cengengesan.

“Kalau begituu… mulai hari ini… lubang pantatnya Siska… jadi milik Mas Arianto… yaa? Terserah Mas Arianto mau bagaimanaa ajaa… Pasti Siska nurut deeh…”

Hati Pak Arianto langsung berbunga-bunga mendengar tawaran Siska bahwa mulai saat ini pantat Siska bebas untuk digunakannya sesuka hati.

“Boleh! Boleh! Pokoknya mulai sekarang pantatmu hanya untuk aku saja! Jangan sampai disentuh si Deldy ya!” jawab Pak Arianto sesegera mungkin.

“Iyaah… hhh… Maas…” jawab Siska pelan.

Agen Judi Online Terpercaya - Pak Arianto dan Siska terus bersetubuh di hadapan Aknes. Aknes yang tidak mengerti dengan pemandangan dihadapannya hanya diam sambil mengisap-isap jarinya. Siska sama sekali tidak peduli dengan tatapan Aknes, mulutnya sibuk mendesah sambil meresapi rasa nikmat di anusnya. Sesekali Pak Arianto memukul bongkahan pantat Siska yang langsung disambut dengan jeritan Siska dihadapan Aknes. Siska sendiri merasakan pengalaman seks yang luar biasa dengan Pak Arianto. Biasanya saat bersetubuh, Deldy lebih suka gaya konvensional yang seringkali membuat Siska bosan. Lain halnya dengan Pak Arianto yang selalu punya banyak cara untuk menaikkan gairah seksual Siska. Walaupun sebenarnya gairah seksual Siska juga banyak terbangkitkan oleh wine yang ia minum.

“Aahh…Maas…” panggil Siska pelan.

“Ya, sayang?” jawab Pak Arianto

“Sudah… mau sampai, maas… tolong… aah…” pinta Siska saat merasakan orgasmenya membayang.

“Oke… tahan ya, sayang… Aku juga mau sampai. Erhm…” ujar Pak Arianto sambil menggeram sejenak. Penis Pak Arianto ditarik keluar perlahan hingga tersisa ujung penisnya saja dan tiba-tiba Pak Arianto merebahkan dirinya di ranjang. PLOOP! Terdengar suara pelepasan yang becek antara penis Pak Arianto dan lubang pantat Siska.

“OOH!” Siska langsung melenguh keras dan kembali roboh diatas ranjangnya.

Dengan sigap, Pak Arianto segera bangkit dan berlutut kembali dihadapan tunggingan Siska. Penisnya sekarang dibenamkan langsung ke vagina Siska dan Pak Arianto segera menggerakkan pinggang Siska maju mundur hingga penisnya terhentak-hentak dalam vagina Siska.

“AAH! Ah! Aah!” Siska menjerit-jerit histeris karena sensasi kenikmatan gesekan penis Pak Arianto di vaginanya.

“Sha… Aku mau keluar… sebentar lagi…” ujar Pak Arianto terbata-bata merasakan penisnya yang siap mencapai puncak kenikmatannya sekali lagi.

“Ooh! Yaah! Ayo Mass… keluarkan di vagina Siska lagii… supaya… Siska hamiil…” seloroh Siska yang juga terpengaruh oleh gejala orgasmenya.

“Iyaah… Siskaa…” Pak Arianto yang mendengar bahwa ada kesempatan baginya untuk menghamili Siska semakin buas menghentakkan penisnya itu. Bayangan akan seorang buah hati yang akan dilahirkan oleh Siska hasil dari pernikahan dengannya, membuat Pak Arianto kian bersemangat.

“AAAH! HAAH! MAS ANTOON…” Siska melolong keras saat ledakan orgasme kembali menghantam tubuhnya untuk kesekian kalinya. Tubuh Siska langsung mengejang kaku dan dinding vaginanya terasa menjepit dan meremas penis Pak Arianto sekuat mungkin. Siska kembali tumbang kelelahan setelah orgasme dengan hebat dua kali berturut-turut. Tubuhnya terasa lemas tanpa tenaga sama sekali dan Siska pun segera tertidur kelelahan setelah melayani Pak Arianto selama hampir 2 jam. Cairan bening ikut menetes keluar dari vagina Siska yang masih tersumbat penuh dengan penis Pak Arianto, pertanda bahwa Siska baru saja mengalami orgasme.

“HHRMH!” Pak Arianto yang sudah tidak tahan akibat sensasi jepitan di vagina Siska, segera menggeram dan membenamkan penisnya hingga kedasar vagina Siska.

Akhirnya disemprotkannya cairan spermanya kedalam rahim Siska, beberapa saat setelah Siska mengalami orgasme. Untuk beberapa saat, Pak Arianto meresapi kenikmatan ejakulasinya didalam rahim Siska sebelum melepaskan penisnya dari vagina Siska dengan pelan.

Pak Arianto meluruskan dan membalikkan tubuh Siska yang terlungkup. Sehingga Siska kini terbaring di hadapannya. Pak Arianto tersenyum melihat wajah Siska yang tertidur.

Pak Arianto lalu memberikan sebuah bantal dikepala Siska dan merapikan kembali penampilan Siska. Tidak lupa, diaturnya posisi tidur Siska senyaman mungkin agar Siska bisa beristirahat.

“Hwaaa… Waaa!!” tiba-tiba terdengar suara tangisan Aknes.

Pak Arianto yang masih telanjang segera tergopoh-gopoh menghampiri balita kecil itu. Sesaat Pak Arianto bingung karena tangisan Aknes. Namun ia segera melepas pengaman Aknes dan digendongnya putri Siska itu keatas ranjang tempat ibunya tertidur lelap. Aknes lalu didudukkan disamping Siska. Mungkin karena merasa lebih aman didekat ibunya, Aknes pun pelan-pelan menghentikan tangisannya. Aknes lalu merangkak mendekati tubuh ibunya itu.

“Mommy?” kembali Aknes memanggil Siska sambil menepuk-nepuk tangan Siska. Pak Arianto pelan-pelan menjauhkan Aknes dari ibunya untuk memberi kesempatan bagi Siska untuk tidur.

“Aknes, jangan ganggu mamamu ya? Biarkan mamamu istirahat ya?” pinta Pak Arianto dengan pelan sambil menggendong Aknes kearahnya. Aknes hanya melihat wajah Pak Arianto dengan raut wajah polosnya yang tersenyum. Mata Aknes sejenak mengingatkan Pak Arianto dengan mata indah Siska.

“Aknes, mau nggak punya adik?” tanya Pak Arianto pada Aknes. Seolah mengerti akan perkataan Pak Arianto, Aknes tertawa riang sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya.

“Yaa, Aknes memang anak yang pintar! Kalau begitu, biarkan mamamu istirahat ya? Supaya Aknes nanti bisa dapat adik bayi yang lucu! Nah, ayo main dengan om, ya!” bujuk Pak Arianto.

Koleksi Cerita Seks Birahi | Aknes hanya tertawa-tawa riang sementara Pak Arianto memakai pakaiannya sebelum menggendong anak itu keluar kamar, meninggalkan ibunya yang masih tertidur. Beberapa jam kemudian, Siska terbangun dari tidurnya. Sayup-sayup ia mendengar suara tawa Aknes dari arah taman. Siska segera beranjak kearah balkon dan dilihatnya Pak Arianto sedang duduk di ayunan kecil di taman villanya dengan Aknes disampingnya. Siska tersenyum bahagia saat melihat Aknes tampak senang bermain-main dengan sebuah bola yang diberikan oleh Pak Arianto sambil berayun-ayun di ayunan itu.

“Nah, lihat! Siapa yang sudah bangun!” ujar Pak Arianto sambil mengarahkan pandangan Aknes ke balkon. “Mommy! Mommy!” Aknes semakin tertawa lebar saat melihat ibunya itu. Tangannya melambai-lambai kecil seolah memanggil Siska untuk ikut bermain bersama. Siska segera turun ke taman villa itu tanpa sempat mengganti busana pengantinnya yang dikenakannya dari kemarin sore. Sesampainya di taman, Siska segera berjalan cepat menghampiri suami dan anaknya itu.

“Akhirnya bangun juga! Aknes sudah kangen nih!” ujar Pak Arianto seraya menyerahkan Aknes kedalam gendongan Siska. Siska hanya tersenyum melihat keakraban Pak Arianto dan putrinya itu. Pak Arianto bisa melihat kalau pengaruh wine itu sudah sepenuhnya hilang dari diri Siska.

“Ayo, duduk dong! Kan capek berdiri terus!” Pak Arianto menggeserkan diri dan memberi tempat duduk untuk Siska di ayunan itu.

“Emm… jangan dulu ya, Mas?” pinta Siska sambil tersenyum manis.

“Lho, kenapa?”

“Masih sakit nih…” jawab Siska pelan sambil tersipu malu saat melirik kebagian belakang-bawah tubuhnya. Pak Arianto tertawa kecil mendengar jawaban Siska. Wajar saja karena pantat Siska baru saja diperawani sehingga pasti terasa agak sakit kalau duduk di kursi ayunan yang terbuat dari besi.

“Ya, sudah! Kutemani kamu dan Aknes jalan-jalan di taman saja ya? Nggak sakit kan, kalau jalan?” tanya Pak Arianto. Siska menggeleng dan tersenyum sambil meraih pergelangan tangan Pak Arianto.

“Sha, kamu nggak mau ganti baju dulu nih? Kalau dilihat tetangga gimana?” tanya Pak Arianto.

“Hihi… ya sudah, nggak apa-apa kok! Kita kan pengantin baruu!” jawab Siska ceria.

Pak Arianto tersenyum dan segera menyambut uluran tangan Siska. Mereka pun bergandengan dengan mesra sambil berjalan disepanjang di taman itu.

Mereka lalu tiba di paviliun tempat mereka menikah kemarin. Pak Arianto lalu memeluk tubuh Siska, yang sedang menggendong Aknes, dari belakang. Siska hanya tertawa kecil dan tersenyum bahagia saat dipeluk oleh Pak Arianto.

“Sha, bagaimana kalau kamu nanti hamil? Apa kamu mau punya anak dari saya?” tanya Pak Arianto

“Kok Mas Arianto tanyanya begitu sih? Mas Arianto kan suamiku juga.” jawab Siska lembut.

Agen Judi Online Uang Asli - Jawaban Siska itu langsung memberikan ketenangan yang tak terkira bagi Pak Arianto. Betapa bahagianya dirinya karena akhirnya berhasil mendapatkan hati wanita dambaan hatinya itu, apalagi wanita itu sekarang mau menerima dirinya seutuhnya. Bisa dikatakan kalau benih-benih cinta yang ditaburkannya dalam hati Siska kini telah seutuhnya bersemi dan mekar didalam relung hati Siska.

“Eh, Mas! Kalau saya hamil dan anaknya nanti perempuan, saya beri nama Anissa ya?” usul Siska tiba-tiba.

“Lho? Kenapa Anissa?” tanya Pak Arianto heran.

“Soalnya nama Aknes kan dari gabungan namaku dan Deldy! Deldy-Siska, jadinya Aknes… kalau begitu, Arianto-Siska, jadinya Anissa doong!” canda Siska.

“Hahaha… Kamu bisa saja! Terserah kamu saja, sayang! Hahaha!” Pak Arianto tertawa sambil membelai kepala Siska. Aknes juga ikut tertawa dalam gendongan Siska saat melihat kedua orang tuanya itu tampak bahagia.

Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidup Pak Arianto karena ia telah mendapatkan sebuah keluarga baru yaitu Siska dan putrinya, Aknes. Pak Arianto tidak peduli bahwa Siska adalah istri sah Deldy ataupun ikatan mereka hanya sebatas kawin kontrak semata.

Demikian pula dengan Siska yang kini menyadari betapa dalamnya cinta Pak Arianto pada dirinya yang jauh melebihi rasa cinta yang diberikan oleh Deldy. Bagi mereka saat ini, ikatan mereka sudah layak bagi sepasang suami-istri yang saling mencintai, dimana mereka akan terikat dan setia satu sama lain dalam pernikahan mereka selama-lamanya.
Share:

Related Posts:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

333
333
333